Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gotong-royong ala Soekarno untuk Indonesia (Lebih) Sehat

18 Juni 2016   14:23 Diperbarui: 18 Juni 2016   15:02 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari bpjs-kesehatan.go.id.

Indonesia adalah bangsa yang lahir dan berdiri di atas kemajemukan. Artinya, tak ada seorang atau sekelompok orang pun bisa sama entengnya berkata dan mewujudkan negasi ungkapan penyair Inggris, John Donne: no man is an island. Kesendirian dalam ruang Nusantara yang maha luas ini adalah kemustahilan dan utopia belaka.

Demikian pun sebaliknya. Naif bila ada yang mengklaim sebagai penguasa, atau kelompok dominan yang mengatasi yang lain. Walau dalam arti tertentu praktik monopoli mewujud di Tanah Air ini, namun penguasaan mutlak atau absolut hanyalah mimpi siang bolong.

Entah mengapa individualisme dan monopoli mutlak tak mendapat tempat nyaman di Indonesia. Selain bertentangan dengan hakikat keberadaan di Indonesia, jiwa kegotong-royongan yang telah tertanam sejak embrio pembentukan negara ini bagai darah yang selalu mengalir dan menghidupi Nusantara.

Sebelum memaklumkan dan merumuskan dengan bahasa yang jelas dan tegas di kemudian hari, semangat itu sudah hidup dan dihidupi dengan tekun di hampir semua kebudayaan di Tanah Air. Bahkan jauh sebelum Nusantara bersatu.

Maka tak heran kemudian sang founding fathers, Soekarno mencium prasyarat berdiri dan hidupnya sebuah bangsa dan negara bernama Indonesia dengan menghembuskan secara kencang angin semangat positif itu. Semangat alamiah itulah yang kemudian mengikat manusia Indonesia secara spiritual dan emosional. Walau dikendalikan akal sehat yang mudah tergelincir dalam perhitungan untung-rugi dan berbagai kecendrungan oposisi biner lainnya, semangat yang sudah mengakar kuat tersebut tak pernah bisa ditanggalkan begitu saja.

Berbicara di depan sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945, presiden pertama di republik ini berujar lantang: “Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua”.

Semangat gotong-royong itulah yang kemudian menjadi salah satu elemen penting dari dasar negara, Pancasila. Bahkan oleh Soekarno sendiri, gotong-royong itu menjadi inti dari kelima sila.

“Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”. Alangkah hebatnya! Negara Gotong-Royong!”

Aplikasi

Dalam perkembangan waktu semangat tersebut terejawantah secara konkret-praksis dalam banyak hal. Inti dari semangat kegotong-royongan itu seperti ungkapan “berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing.”  Bekerja bersama, dan menikmati hasil sesuai bagian secara adil.

Walau aplikasi semangat tersebut sudah mulai tergerus virus individualisme dan aneka perhitungan ekonomis, dalam arti tertentu semangat tersebut masih tetap awet terpelihara dalam sejumlah sendi kehidupan. Salah satu yang mengemuka kini dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun