Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Messi, Dempsey dan Jimat Itu

17 Juni 2016   19:58 Diperbarui: 17 Juni 2016   20:52 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barba non facit philosophum. Di-Inggris-kan menjadi a beard does not constitue a philosopher.Janggut tak membuat seseorang menjadi filsuf atau berjenggot tak berarti bijak, demikian kurang lebih bila dialihkan ke bahasa Indonesia.

Ungkapan yang berasal dari penulis Latih, Aulus Gellius itu bisa bermakna jamak. Paling kurang pangkal pemahamannya adalah kulit luar, cover atau penampilan tak otomatis menggambarkan isi. Yang berjanggut tak selalu terbaca sebagai seorang filsuf. Atau kaum bijak bestari tak selamanya ditandai dengan janggut. Bisa saja yang tak berjanggut adalah juga kaum bijak atau filsuf itu.

Seorang Lionel Messi atau Clint Dempsey misalnya. Mereka berjanggut, tetapi bukan pemikir. Mereka adalah pesepakbola top yang bergulat di lapangan hijau, bukan berkutat dengan alam pikiran. Bagi Messi dan Dempsey janggut bukanlah penanda jati diri. Rambut lebat yang menutup sebagian wajah  mereka adalah bagian dari penampilan.

Kini, dari pilihan memelihara janggut atau brewok itu, telah ‘naik tingkat’ menjadi keyakinan. Tengok saja pernyataan terbuka Messi tentang brewoknya.  

"If I lose the beard the others would kill me, we believe this is a kabbalah so we will be able to break our bad run and win the trophy. There's no way I'm shaving it off now, my team mates wouldn't let me."

Pernyataan yang dikutip dari ASitu menggambarkan bahwa brewok tersebut adalah bagian dari ‘jimat’ untuk memutus rantai kegagalan yang selama ini membelit timnya. Walau sukses menjadi finalis di dua turnamen mayor dalam beberapa tahun terakhir, Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015, berkomposisi para pemain bintang yang malang melintang di liga-liga elit Eropa, bukanlah target yang pas.

Apalagi Messi. Menggondol hampir semua penghargaan individu, dan mengukir banyak gelar di level klub bersama raksasa Catalan, Barcelona, angkat trofi bergengsi bersama La Albiceleste adalah mimpi yang belum menjadi kenyataan. Walau dipuja-puja di seantero jagad dengan lima gelar pemain terbaik dunia, kontribusi pemain berjuluk La Pulga atau Si Kutu itu bagi tim nasional belum mewujud trofi bergengsi. Messi seakan tak putus dirundung malang saat berseragam putih-biru langit itu. Argentina dengan segala kebesaran pemainnya sudah berpuasa gelar selama 23 tahun.

Karena itu, selain pertolongan kapabilitas individu, kali ini Messi dan timnya mendamba bantuan dari brewok lebat di wajah pemain yang sebelumnya berpenampilan klimis itu. Hasilnya? ‘Jimat’ itu mulai bekerja saat Messi mencetak tiga dari lima gol ke gawang Panama di fase grup D, Sabtu, 11 Juni lalu.

Tampil di babak kedua, masih dalam bayang-bayang cedera bahu yang memaksanya absen di laga pertama menghadapi Chile, pemain 28 tahun itu mengukir hattrick hanya dalam tempo 26 menit.

Pelatih Panama, Hernan Dario Gomez melihat dari pinggir lapangan bagaimana Messi “mengamuk” dengan jimatnya itu.

Dikutip dari foxsports.com, Gomez berujar, “Sebelum Messi masuk, laga berjalan biasa, tak banyak berbeda [dari babak pertama]. Messi adalah monster. Jika Anda membuat kesalahan dan Messi berada di dekat Anda, maka bersiaplah untuk dihukum. Bermain dengan sepuluh pemain, kemudian Messi masuk, tentu saja menakutkan!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun