Generasi emas yang menghiasi Argentina saat ini tak lepas dari asuhan Rosario. Iklim kompetitif di wilayah tersebut menempa bibit-bibit muda menjadi pemain besar.
Banega sendiri memiliki pengalaman saat ‘beradu’ dengan Messi saat keduanya masih bocah.
"Saya berada di kategori usia yang lebih rendah, tapi ayah saya adalah pelatih dari kelompok usia 1987 dan ia meminta saya untuk bermain di divisi itu," ungkap Banega kepada La Nacionseperti dikutip bleacherreport.com.
"Itu hanya membuang-buang waktu karena kami akan bermain melawan kurcaci dan ia membuat kami semua terlihat bodoh. Dia kecil, pakaian tampak terlalu besar baginya, tapi apa yang ia lakukan sungguh terlalu baik,"lanjut pemain 27 tahun itu.
Akhirnya kita tahu, pesona Messi yang sudah terlihat sejak kecil itu menghantarnya ke klub besar yang membuatnya menjadi seorang bintang. Namun Messi tak bisa melupakan Rosario. Selain sebagai tempat kelahiran, di tempat itu ia ditempa sebagai seorang pesepakbola profesional bersama Newell’s Old Bpys sebelum doboyong ke Spanyol pada tahun 2000.
Selain lingkungan bola yang membesarkan mereka, sejarah masa lalu pun menempa mereka. Rosario adalah salah satu pusat industri Argentina sebelum kejayaannya terkoyak pada periode 1990-an.
Setelah asap industri tak lagi membumbung dari cerobong-cerobong asap, masyarakat setempat pun harus bergulat mencari hidup sendiri-sendiri.
Banega mengisahkan bahwa setelah kemunduran industri Rosario, saat usianya masih belia, kehidupan mereka sangat susah. "Semua yang tersisa bagi kami seperti makan lumpur basah; itu adalah didikan keras," kenang Banega.
Di Maria harus membantu kehidupan keluarganya dengan mengambil pekerjaan di gudang batu bara. Masih ingat momen emosional saat Di Maria mencetak gol ke gawang Chile? Selebrasi sentimental dengan mencium kaus bertuliskan “Granny, I Miss you so much” adalah bentuk penghormatan dan ucapan terima kasih kepada sang nenek yang menghembuskan nafas beberapa jam sebelum laga itu.
Lebih dari itu, sang nenek adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah masa lalu. Sang nenek adalah saksi penderitaan sekaligus sumber inspirasi dan motivasi Di Maria.
"Dia membuat kepala saya tetap tegak dalam kondisi apa pun," tandas Di Maria.