Benar yang dikatakan Coutinho. Dengan potensi dan bakat besar yang dimiliki tak sepatutnya ia mencemaskan masa depannya. Sudah pasti dengan tampil baik di Copa America kali ini bukan mustahil tawaran demi tawaran akan mendatanginya dengan nilai penawaran yang gila-gilaan.
Selain itu, Coutinho perlu menjaga fokusnya untuk timnas. Performa baik yang sudah ditunjukkan perlu dijaga dan konsentrasinya sejatinya tak boleh pecah hanya karena rumor-rumor tersebut.
Setelah menjadi pemain terbaik Liverpool musim 2015/2016, Coutinho kini menjadi bagian penting dari proyek baru Carlos Dunga bersama timnas Brasil.
Dengan mendepak banyak pemain senior dan berpengalaman, pelatih Tim Samba itu seakan ingin menegaskan bahwa sudah saatnya tim tersebut dibangun dengan kekuatan baru. Ditambah lagi, pengalaman sangat tidak mengenakkan di Piala Dunia 2014 menjadi alasan lain untuk menyambut Brasil yang baru.
Coutinho pun berada di jantung rencana besar Dunga. Absennya Neymar Jr, dan pemain senior Ricardo Kaka di Copa America Centenario kali ini otomatis menempatkan Coutinho sebagai dirigen tim. Itulah kesempatan emas bagi Coutinho untuk membuktikan diri sekaligus menjawab kepercayaan Dunga.
Ditempatkan sebagai pengatur serangan, Coutinho sudah menunjukkan hasil baik. Sempat melempem di laga pertama saat ditahan imbang Ekuador, pengoleksi 12 gol dan tujuh assist bersama The Reds musim lalu, “meledak” di laga kedua. Haiti menjadi sasaran pelampiasan Coutinho. Tiga dari tujuh gol kemenangan Brasil lahir dari kakinya.
“Kepercayaan dirinya berkembang dalam setiap laga dan sesi latihan,”puji Dunga seperti dilansir Four Four Two.
Bahkan Dunga tak segan meminta Coutinho untuk menjadi lebih dari yang ditunjukkan di level klub. “Kami berbicara dengannya agar ia menjadi lebih seperti di Liverpool, mendikte permainan, menerima tanggung jawab dan berani mengambil risiko,”lanjut pelatih yang memenangkan Piala Dunia 1994 bersama Brasil itu.
Darah arsitek
Kecakapan dan kelihaian Coutinho di lapangan hijau menjadi potret sempurna dari ciri khas keunggulan generasi bola Brasil dengan ‘jogo bonito” atau sepak bola indah. Melihat bagaimana Coutinho bermain, seperti melihat hasil karya sempurna dari seorang arsitek bola yang mumpuni.
Selain terlahir dari dunia “jogo bonito’, darah arsitek yang mengalir dalam dirinya dari sang ayah Jose Carlos semakin menyempurnakan sosok Coutinho. Terlahir sebagai anak ketiga dari putra sang arsitek di daerah kumuh dan gudang industri di wilayah Rio de Janeiro, Coutinho mulai mengasah bakat melalui futsal.