Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Indonesia Belum Bisa Move On di Istora yang Kian Menua

5 Juni 2016   21:39 Diperbarui: 6 Juni 2016   20:07 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rekor
Dengan kondisi demikian, perhelatan Indonesia Open selalu mendapat apresiasi dari BWF. Dari tahun ke tahun, BWF dan para pebulutangkis dunia selalu angkat topi untuk kesuksesan penyelenggaraan dan antusiasme penonton yang luar biasa.

Hemat saya, tahun ini pun predikat sebagai turnamen terbaik di dunia masih pantas dialamatkan kepada Indonesia. Untuk kesuksesan itu kita pun patut memberikan apresiasi kepada para penyelenggara dan para pihak yang terkait.

Berkat kerja keras dan kerja bersama semua pihak ajang ini bisa berlangsung sampai akhir dan memberikan andil bagi terciptanya sejumlah rekor. Pertama, Istora adalah tempat kelima bagi ganda putri Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi naik podium utama sepanjang tahun ini.

Kemenangan atas ganda Tiongkok Yu Yang/Tang Yuanting, dengan skor 21-15, 8-21, 21-15, melengkapi prestasi ganda terbaik dunia ini di Malaysia Masters, All England, India Open Super Series dan Kejuaraan Badminton Asia.

Kemenangan tersebut sekaligus mematahkan dominasi Tiongkok di Indonesia Open dalam lima tahun terakhir.

Kedua, Istora masih berpihak pada ganda campuran Tiongkok Xu Chen/Ma Jin. Kemenangan atas Ko Sung Hyun/Kim Ha Na (Korea), dengan skor 21-15, 16-21, 21-13, membuat unggulan lima tersebut sukses mempertahankan gelar.

Kemenangan tersebut sekaligus memperbaiki rekor pertemuan keduanya menjadi 2-4. Dalam usia yang tak muda lagi, Xu (31) dan Ma (28) masih belum kehilangan taji. Pemandangan ini berbanding terbalik dengan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Finalis ganda campuran Indonesia Open 2016/badmintonindonesia.org
Finalis ganda campuran Indonesia Open 2016/badmintonindonesia.org
Ketiga, Istora menjadi saksi kedigdayaan pemain veteran Lee Chong Wei. Jagoan Malaysia itu masih terlalu tangguh bagi tunggal senior Denmark, Jan O Jorgensen. Melalui pertarungan sengit tiga set 17-21, 21-19, 21-17, tunggal 33 tahun itu pun melaju dalam rekor pertemuan menjadi 16-1 sekaligus mengukuhkan kejayaannya di Indonesia Open untuk keenam kalinya, setelah sebelumnya di tahun 2007, 2009, 2010, 2011 dan 2013.

Pencapaian sang Dato ini menyamai tiga legenda Indonesia yakni Taufik Hidayat (juara tahun 1999, 2000, 2002, 2003, 2004, 2006), Ardy B Wiranata (juara tahun1990, 1991, 1992, 1994, 1995 dan 1997) dan mantan tunggal putri Susy Susanti di tahun 1989, 1991, 1994, 1995, 1996 dan 1997.

Keempat, ganda putra terbaik dunia Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong berhasil mengulangi kejayaan di tahun 2014 usai meladeni ganda muda Tiongkok Chai Biao/Hong Wei, 13-21, 21-13, 21-16.

Kemenangan Tai Tzu Ying di sektor tunggal putri melengkapi persebaran gelar di Indonesia Open kali ini. Tunggal 21 tahun itu menggantikan tunggal nomor dua dunia Ratchanok Intanon di podium utama, serentak menggagalkan menggagalkan Tiongkok mengulangi pencapaian dua gelar tahun lalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun