Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ekuador, Ujian Pertama Bongkar Pasang Carlos Dunga

4 Juni 2016   22:09 Diperbarui: 5 Juni 2016   04:29 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Action Images / USA Today Sports

Brasil, tim dengan nama besar di jagad sepak bola dunia, akan mengawali kiprahnya di turnamen mayor tahun ini kala menghadapi Ekuador, Minggu (5/07/2016) pukul 10.00 WIB di Stadion Rose Bowl, California, Amerika Serikat.

Laga tersebut adalah langkah awal kedua tim di pentas Copa America Centenario, sekaligus membuka penyisihan Grup B yang juga dihuni Haiti dan Peru.

Sama-sama digadang-gadang sebagai unggulan di fase grup, kondisi Ekuador saat ini jauh dari sorotan.  Komposisi tim yang stabil berbanding lurus dengan hasil baik terutama di kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONMEBOL.

Sebelum menelan dua kekalahan terakhir, masing-masing atas Kolombia (dengan skor 1-3) di kualifikasi Piala Dunia dan Amerika Serikat satu gol tanpa balas di laga pemanasan, La Tri tak terkalahan di tiga laga.

Buah dua kemenangan masing-masing atas Uruguay dan Venezuela, serta hasil seri atas Paraguay menempatkan armada Gustavo Quinteros di puncak klasemen sementara kualifikasi Piala Dunia zona Amerika Selatan. Mengemas total 13 poin, Ekuador bersanding dengan Uruguay di puncak.

Sementara Brasil tercecer di tempat keenam dengan sembilan poin. Armada Carlos Dunga baru meraih satu kemenangan yakni atas Peru. Sementara tiga tiga laga lainnya masing-masing menghadapi Argentina, Uruguay dan Paraguay berakhir sama kuat.

Satu-satunya modal positif Tim Samba jelang Copa America hanyalah kemenangan atas Panama dalam laga uji coba. Kemenangan dua gol tanpa balas itu sedikit banyak menambal kepercayaan diri para pemain sebelum tampil di Amerika Serikat.

Namun, kemenangan atas ‘Pasukan Kanal’ itu tak bisa dijadikan tolak ukur persiapan Brasil di Copa America kali ini. Betapa tidak. Secara materi pemain dan tradisi, tim yang juga tampil di Copa America Centenario sebagai wakil dari CONCACAF (Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia) bukan ukuran yang pas.

Selain itu, secara internal Brasil dipusingkan dengan komposisi pemain yang terus dibongkar pasang hingga detik-detik akhir pembukaan. Tercatat, pelatih Dunga enam kali mengganti pemain setelah Douglas Costa, Kaka, Luiz Gustavo, Rafinha, Ricardo Oliveira dan Ederson bermasalah.

Bahkan kini kondisi tim pun masih labil mengingat kondisi sang kapten Joao Miranda yang sedang dalam pantauan serius. Keadaan ini bukan mustahil mempengaruhi stabilitas tim yang terus mencari sosok pemimpin setelah pemilik ban kapten sekaligus andalan di lini depan Neymar Jr absen dan kapten sebelumnya Thiago Silva tak disertakan dalam 23 anggota skuad. 

Idealnya, untuk sebuah tim, saat seperti ini sudah tak lagi berurusan dengan masalah gonta-ganti pemain. Pertanyaan menyeruak, mampukan Dunga memadupadankan para pemain dalam tempo singkat?

Belum lagi, para pemain yang mengisi skuad Brasil saat ini adalah muka-muka baru yang banyak berkompetisi di liga lokal. Sebut saja Alisson yang merumput di Liga Brasil bersama Internacional. Selanjutnya Elias bersama klub Brasil lainnya Corinthians, bek Rodrigo Caio dan midfielder Paulo Henrique Ganso  (Sao Paulo), bek Douglas Santos (Atletico Mineiro) serta dua pemain Santos yakni gelandang Lucas Lima dan striker belia Gabriel Barbosa.

Tak sampai di situ. Dunga pun berani mengambil risiko mendepak bek berpengalaman yang diasah di kompetisi elit Eropa. Duo Paris Saint-Germain David Luiz dan Thiago Silva, serta  pemenang Liga Champions Eropa, Marcelo dibuang. Gantinya, Dunga memberi tempat kepada Gil dan Renato Augusto yang kini mencoba peruntungan di Liga Super China.

Alih-alih khawatir dengan komposisi seperti itu, Dunga malah hakulyakin. "Beberapa dari mereka sangat muda, tetapi mereka memiliki kualitas. Ini adalah kesempatan bagi para pemain untuk menunjukkan bahwa mereka layak berada di tim pertama,"ungkap pelatih bernama lengkap Carlos Caetano Bledorn Verri dikutip dari espnfc.us.

Tampaknya, pelatih 52 tahun itu tak terlalu ambil pusing dengan beban sejarah yang kini dipikulnya. Setelah kekalahan menyakitkan di Piala Dunia 2014 serta kegagalan di perempat final Copa America tahun lalu, Brasil dengan segala kedigayaan historis seakan luluh lantah.

Tetapi bagi Dunga, kegagalan masa lalu tak perlu ditangisi terus menerus. Langkah baru dan berani perlu diambil. Dan Copa America bukan target sekaligus tolak ukur karena ada target yang jauh lebih penting di depan sana. Setidaknya itulah pesan yang dimaklumkan Dunga setelah mengambil jabatan pelatih dari Luiz Felipe Scolari sebagaimana yang keluar dari mulut mantan pemain timnas, Juninho Pernambucano.

"Saya pikir perencanaan sudah dilakukan dengan amat baik. Fase menengah dan panjang adalah periode pemulihan Brasil. Itu sudah dilakukan dengan sangat terperinci. Ini adalah kebangkitan kembali Brasil,”tutur pria 41 tahun itu seperti dikutip ESPN dari Omnisport.

Anggota timnas Brasil sejak 1999-2006 menambahkan, “Dan Dunga sudah bekerja dengan baik. Targetnya jelas, Piala Dunia 2018. Jadi saya pikir kendatipun kalah (di Copa America Centenario), Dunga akan lanjut. Itu takkan menjadi akhir bagi Dunga," tuturnya.

Eksperimental?

Dengan alur pemikiran seperti diungkapkan Juninho di atas maka Copa America kali ini tak lebih dari kesempatan Dunga memainkan jurus percobaan untuk menemukan formula tim yang tepat. Namun, yang diungkapkan Juninho tak serta merta menempatkan Copa America Centenario ini sebagai medan eksperimen Dunga semata dengan mengabaikan prestasi.

Pasalnya Dunga sudah dua tahun menangani timnas Brasil, setelah kali pertama menempati jabatan yang sama pada 2006 hingga 2010. Itu artinya Dunga sudah melewatkan satu turnamen mayor tanpa gelar. Pada Copa America 2015, Dunga belum berhasil membangun Brasil dari keterpurukan dengan prestasi. Kandas di tangan Paraguay di babak delapan besar menjadi indikasi bahwa Selecao belum juga move on.

Maka, momentum Copa America Centenario ini pas bagi Dunga untuk menegakkan kembali rasa percaya diri dan sedikit memulihkan nama baik Brasil.  Pada edisi spesial, memperingati seabad turnamen tersebut, dengan segala terobosan dan kesemarakannya, gengsi turnamen ini pun melambung. Apakah Brasil tak mau mengambil kesempatan emas ini untuk merengkuh kembali harga diri yang telah terkoyak?

Tentu saja tidak. Tim-tim yang ambil bagian di Amerika Serikat ini datang dengan kekuatan terbaik. Sebut saja Argentina yang memanggil semua sumber daya bintang yang dimiliki demi menyamai rekor Uruguay sebagai pengoleksi gelar Copa America Terbanyak, 15 kali. Demikian pun tim-tim lain memiliki hasrat dan tekad yang sama.

Sebagai pemilik delapan kali gelar Copa America, Brasil pun bersaing dengan para tetangganya untuk menjadi yang terbaik. Alangkah naif bila Brasil datang semata-mata sebagai penggembira belaka, melihat para tetangganya berjibaku merebut mahkota.

Apalagi di laga pertama mereka akan menghadapi Ekuador yang secara historis jauh tertinggal. Bertemu sebanyak 29 kali sejak 1942, Brasil baru dua kali kalah, tiga lainnya berakhir imbang dan selebihnya menang. Lima dari enam pertemuan terakhir pun berakhir dengan kemenangan.

Di titik berbeda, Ekuador pun datang dengan hasrat yang tak kalah menggebu-gebu. Selain impian memutus catatan buruk pertemuan dengan Brasil, tekad besar pun diusung untuk memperbaiki penampilan di pentas Copa America yang selalu kandas di fase grup sejak 1997 silam.

Prediksi

Lantas seperti apa laga kedua tim bakal berlangsung? Seperti disinggung sebelumnya, bila Brasil masih dihantui bongkar pasang pemain, Ekuador sudah dalam posisi stabil.

Secara individu kualitas para pemain Brasil sedikit diunggulkan. Para pemain yang dipanggil Dunga cukup bersinar di masing-masing klub. Setidaknya nama-nama mereka cukup familiar dibandingkan mayoritas pemain Ekuador.

Namun, dengan komposisi pemain yang stabil, soliditas mereka pun semakin kukuh. Ditambah lagi sisipan sejumlah nama seperti pemain Manchester United Antonio Valencia, Enner Valencia dari West Ham dan penggawa Swansea Jefferson Montero dengan pengalaman mereka di Liga Primer Inggris.

Sayangnya, tim peringkat 13 FIFA ini perlu bekerja keras untuk mengatasi kebutuan di lini depan. Satu gol dalam tiga laga terakhir tanpa striker andalan Felipe Caicedo menjadi bukti. Selama ini Caicedo sangat diandalkan dan perannya pun signifikan. Sebelum dibekap cedera hamstring, pemain 27 tahun itu sukses menyarangkan empat gol dalam empat pertandingan kualifikasi Piala Dunia.

Sebagai gantinya Quinteros bakal memaksimalkan duet Enner Valencia dan Miller Bolanos. Dalam formasi 4-4-2, Carlos Gruezo dan Christian Noboa akan berperan di lini tengah. Sang kapten Antonio Valencia dan Jefferson Montero akan membantu serangan dari kedua sayap.

Krisis lini depan pun mendera Brasil. Tanpa kehadiran Neymar yang semakin diperparah dengan cedera yang mendera Douglas Costa,  Dunga praktis hanya memiliki Hulk sebagai ujung tombak yang masih stabil berseragam Brasil sejak Copa America lalu.

Selebihnya ada Jonas Goncalves Oliveira dan pemain muda Gabriel Barbosa. Jonas dipanggil untuk mengisi tempat Ricardo Oliveira yang dicoret karena cedera. Menariknya, seperti Oliveira, walau senior secara usia karir mereka bersama timnas terbilang hijau. Keduanya memiliki jam terbang di timnas yang sangat minim.

Pemanggilan kedua pemain senior tersebut di sisi tertentu menyiratkan krisis lini depan di tim Samba. Namun di sisi berbeda, mereka memiliki pengalaman yang mumpuni sebagai pemain profesional, ditempat di kompetisi Eropa.

Jonas yang baru 10 kali berseragam timnas, merupakan pemain tersubur kedua di Eropa musim ini setelah striker Barcelona berpaspor Uruguay, Luis Suarez. Bersama klub Portugal Benfica, pemain 32 tahun itu mencetak 37 gol dalam 48 pertandingan di semua kompetisi, atau 32 gol dalam 34 laga di pentas domestik. Ia tertinggal delapan gol dari Suarez yang mengukirnya dalam 35 partai La Liga.

Kemungkinan besar Jonas akan mengambil tempat di lini depan. Namun senioritas Hulk di timnas tetap diperhitungkan. Dari antara para striker yang dibawa ke AS, Hulk-lah yang tersubur dengan 12 gol. Musim ini ia pun tak kalah menggeliat di level klub. Ujung tombak 29 tahun itu menyumbang 21 gol bagi klub Rusia, Zenit St.Petersburg.

Gabriel Barbosa/gambar dari Kompas.com
Gabriel Barbosa/gambar dari Kompas.com
Selain itu, Brasil masih punya Gabriel Barbosa. Striker 19 tahun yang dianggap sebagai titisan Neymar Jr itu cukup cemerlang di level klub dan tim muda La Canarinha. Kecakapannya mencetak gol, tangguh dalam bola-bola udara, dan kesanggupan beroperasi di sektor sayap telah berbuah 19 gol dalam 74 pertandingan sejak debut bersama Santos pada 2013.  

Ditambah lagi sumbangan 18 gol saat berseragam timnas U-20 hingga U-23 mempertegas julukannya sebagai Gabigol. Seperti Neymar, Gabigol juga piawai mengeksekusi tendangan bebas.

Dengan demikian Dunga setidaknya memiliki dua pilihan di lini serang. Bagaimana dengan sektor lain? Di lini belakang kondisi Miranda yang masih rawan membuka peluang bagi bek Paris Saint-Germain Marquinhos.

Bahkan menurut laporan mlssoccer.com, pada salah satu sesi latihan beberapa waktu lalu, Dunga sudah memasangnya  bersama Gil, Dani Alves dan Filipe Luis. Tim ini dilengkapi dengan Casemiro, Elias, Renato Augusto, Philippe Coutinho, Willian dan Jonas di lini depan.

Sepertinya inilah formasi terbaik hasil racikan Dunga dari potongan-potongan bongkar pasang pemain untuk menunjukkan bahwa masa depan Selecao belum berakhir.

Sumber utama: mlssoccer.com, www.espnfc.us.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun