Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Ketika Menjadi Saksi Pertarungan Dua Tunggal Muda Indonesia

4 Juni 2016   00:52 Diperbarui: 4 Juni 2016   00:56 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ihsan Maulana Mustofa/badmintonindonesia.org

Kebangkitan Ihsan berlanjut di set penentu. Sempat tertinggal di awal, Ihsan perlahan tetapi pasti mengejar. Kesalahan sendiri hampir tak terlihat. Ia terlihat sangat taktis dan tenang menghadapi Rajiv yang kelihatan semakin grogi. Ketenangan itulah yang menjadi salah satu senjata Ihsan memenangkan pertandingan dengan skor 21-12.

Setelah Ihsan menang, suasana Istora semakin padat. Bangku-bangku utama hampir terisi penuh. Hanya menyisahkan deretan kosong di sudut-sudut. Bisa dipastikan sudut pandang yang tak bagus membuat tempat-tempat tersebut tak dilirik penonton.

Ihsan Maulana Mustofa/badmintonindonesia.org
Ihsan Maulana Mustofa/badmintonindonesia.org
Tak lama kemudian di lapangan yang sama muncul Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani. Keduanya menantang wakil Malaysia Vivian Kah Mun Hoo/Khe Wei Woon. Dukungan penuh penonton tak banyak berarti. Sempat membuat sang tetangga ketar-ketir di set kedua, keduanya pun menyerah kalah dua set langsung 21-14 dan 21-19.

Sebelum keluar suara dari pemandu acara,seisi Istora tiba-tiba bergemuruh hebat. Nada-nada tinggi dari para wanita mendominasi. Ada apa gerangan? Tak berapa lama, nama Jonatan Christie disebut. Saat memasuki lapangan remaja yang karib disapa Jojo itu diteriaki habis-habisan oleh kaum hawa.

Tak hanya bakat yang cemerlang, ketampanan Jojo rupanya membuat para wanita jatuh hati. Mendapat sambutan luar biasa, Jojo tak terpengaruh. Rupanya ia sadar bahwa kehadirannya di Istora bukan untuk memenangkan hati kaum wanita. Tetapi menghadapi Jan O Jorgensen, tunggal senior Denmark.

Pemain 18 tahun itu mengawali pertandingan dengan keyakinan yang tinggi. Lebih dulu mencuri poin dengan smash-smash keras membuat juara Indonesia Open 2014 itu kewalahan. Set pertama berhasil direbut Jo dengan mudah, 21-14.

Sukses besar di game pembuka membuat Jojo semakin dielu-elukan. Histeria kaum hawa semakin hebat saat Jo mengganti baju. Beberapa wanita yang berada di sekeliling saya tak henti-hentinya memuji sang idola. Saya pun hanya bisa tersenyum.

Di game kedua, permainan Jo tak berubah. Langsung mencuri dan mengendalikan permainan sejak awal. Dalam keadaan tertinggal Jorgensen semakin tak tenang. Berkali-kali pemain 28 tahun itu mengarahkan pandangan ke sudut lapangan, seakan meminta pertolongan pada sang pelatih.

Tak sampai di situ, sebelum Jonatan menginjak angka 18, Jorgensen rela melepaskan ‘jimat’ yang melingkar di pergelangan tangannya. Ban tangan yang selalu menjadi ornamen wajib ditanggalkan begitu saja. Seperti harta berharga yang tak lagi berarti sama sekali.

Sebagai pemain senior Jorgensen benar-benar menampilkan senioritasnya. Serangan dari seisi Istora sama sekali tak melumpuhkannya. Sadar tak bisa melawan dengan teknik, Jorgensen pun memainkan jurus pamungkas. Provokasi.

Servetinggi yang diberikan Jonatan menjadi celah Jorgensen beraksi. Beberapa gerakapan seakan memberi kesan tak puas dengan kebijakan wasit yang tetap mengabsahkan serve itu terbukti membuat konsentrasi Jo terbelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun