Tak heran bila Argentina memanggil semua pemain terbaiknya dari liga-liga top Eropa. Utamanya di lini depan, Gerardo Tata Martino seperti enggan mengabaikan para mesin gol di benua biru. Selain Messi, ada juga bomber Manchester City Sergio Aguero dan striker Napoli, Gonzalo Higuain yang menjadi pencetak gol terbanyak Serie A musim ini.
Bila digabungkan ketiga pemain itu total mencetak 98 gol. Jumlah tersebut sudah lebih dari cukup membuat para lawan ciut. Namun kehadiran para pemain terbaik bukan tanpa tantangan. Pengalaman sejumlah turnamen sebelumnya menjadi bukti. Pesona di level klub tak menjadi jaminan di tingkat timnas. Selain itu dibutuhkan kecakapan ekstra sang juru taktik untuk meramu para bintang untuk menjadi sebuah orkestra yang padu sehingga mampu memberikan dampak harmoni, bukan sebaliknya.
Ketiga,sejumlah bursa taruhan menempatkan Argentina sebagai unggulan. Dikutip dari Detik.com,Argentina mendapat koefisien 15/8 dari bursa taruhan Ladbrokes dan William Hill dengan koefisien 7/4. Namun demikian Chile dan Brasil, yang oleh sejumlah bursa taruhan masuk dalam unggulan juga, tak bisa diremehkan.
Chile yang berstatus juara bertahan datang dengan pasukan yang hampir sama saat menjadi jawara. Walau tak lagi ditangani Jorge Sampaoli, di tangan Juan Antonio Pizzi kekuatan Arturo Vidal, Alexis Sanchez dan kolega masih layak diperhitungkan.
Sementara Brasil? Bursa taruhan Ladbrokes memberi koefisien 9/2. Namun saya sedikit sangsi dengan kekuatan Brasil saat ini. Betapa tidak, jelang kick off pelatih Carlos Dunga masih dipusingkan dengan kesiapan pemain. Tanpa sang kapten Neymar Jr, Selecao sudah enam kali bongkar pasang pemain.
Mulai dari masalah cedera hingga urusan pribadi menjadi alasan. Gelandang Wolfsburg Luiz Gustavo menjadi pemain terkini yang menarik diri karena masalah pribadi. Sebelum itu pemain gaek Ricardo Kaka yang beberapa hari lalu menggantikan pemain sayap Bayern Muenchen Douglas Costa. Kaka yang kini berusia 34 tahun dan masih menjadi andalan Orlando City di kompetisi MLS digantikan gelandang Sao Paulo bernama Paulo Henrique Chagas de Lima, atau santer dipanggil Ganso.
Gelandang Barcelona Rafinha  Alcantara serta pemain Benfica Ederson pun menepi. Mereka digantikan pemain PSG Lucas Moura dan kiper Gremio, Marcelo Grohe.
Selain itu, pemain veteran Ricardo Oliveira digantikan pemain Benfica, Jonas. Tak sampai di situ. Brasil pun terancam kehilangan sang kapten Joao Miranda yang hingga kini masih bermasalah dan masih dipantau serius.
Perubahan silih berganti sedikit banyak memusingkan Carlos Dunga. Walau secara natural Brasil tak pernah kehabisan pemain kompeten yang siap tampil kapan dan di mana saja, namun bukan perkara mudah memadupadankan para pemain dengan tingkat pengalaman berbeda baik dari segi usia maupun kompetisi.
Kali ini Dunga memberi tempat cukup lapang kepada para pemain dari liga-liga lokal dengan menepikan sejumlah pemain yang selama ini menjadi langganan dan berkiprah di Eropa seperti David Luiz, Thiago Silva, dan Oscar. Para pemain dari liga-liga Brasil itu akan berbagi ruang dengan para pemain senior yang telah diasah dengan tabiat sepak bola Eropa.
Keempat,tim-tim lain tak bisa diremehkan begitu saja. Uruguay berpeluang menyulitkan walau di fase grup harus kehilangan bomber andalan Luis Suarez. Amerika Serikat dengan dukungan penuh publik tuan rumah bakal memberi kejutan. Kontestan lain, termasuk dari zona CONCACAF seperti Meksiko dan Jamaika bisa saja menjadi kuda hitam.