“Bagi para penonton yang ada di pelosok-pelosok bisa juga menyaksikan tayangan Copa America ini melalui K-Vision,”tambahnya.
Teguh yang juga komentator sepak bola mengaku Copa America di edisi ke-100 ini pantas ditonton. Pertama kali sejak dihelat pada 1916, pesta bola khas Amerika Selatan itu digelar di luar ‘kandang’. Pertama kali pula CONMEBOL, konfederasi sepak bola Amerika Selatan, bergandeng tangan dengan tetangganya CONCACAF (konfederasi sepak bola Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia) untuk meramaikan ajang ini dengan tambahan jumlah kontestan menjadi 16.
Walau menjadi ajang seremonial peringatan 100 tahun Copa America, menurut Teguh, bakal menjadi ajang pertaruhan antara para kontestan terutama tim-tim yang ditempatkan sebagai unggulan. Setengah mempertanyakan daftar unggulan terutama tak disertakannya juara bertahan Chile dan memasukan nama Amerika Serikat, Teguh menilai di situlah letak daya tarik lain Copa America ini.
“Bisa saja dengan pertimbangan komersial, mengingat Amerika Serikat adalah unggulan maka ditempatkan sebagai unggulan di grup A,”papar pria kalem tersebut.
Sementara itu, Cristian Gonsalez dengan sedikit promosi memastikan bahwa Copa America layak ditonton. Kesamaan kultur masyarakat dan gaya permainan dengan timnas Indonesia membuat ajang ini saying untuk dilewatkan penggemar bola Tanah Air.
“Sepak bola Amerika Selatan seperti Indonesia. Berbeda dengan Eropa, Amerika Selatan mainnya keras,”tutur pemain naturalisasi asal Uruguy itu.
Jagoan
Ada beberapa catatan menarik yang patut dikedepankan jelang kickoff turnamen ini. Pertama,walau sekadar turnamen seremonial, gengsi turnamen ini tetap tinggi. Terbukti para kontestan bersiap diri secara sungguh-sungguh dengan memanggil semua pemain terbaik. Bahkan beberapa negara sampai harus berdiskusi panjang lebar dengan klub untuk memanggil para bintang seperti Neymar Jr yang akhirnya harus rela menjadi penonton di Amerika Selatan demi ambisi emas olimpiade di negeri sendiri pada Agustus nanti.
Demikianpun Lionel Messi bagi Argentina dan Luis Suarez untuk Uruguay. Keduanya mengalami cedera namun tetap disertakan dalam skuad utama.
Kedua,tetap disertakannya Messi dalam skuad Albiceleste tak lepas dari hasrat besar untuk mengakhiri kebuntuan gelar mayor dalam beberapa tahun terakhir. Selain ambisi pribadi Messi untuk merengkuh gelar bersama timnas setelah mendapatkan hampir semua gelar dan prestasi individu di level klub. Argentina pun ingin menebus kegagalan di dua turnamen akbar sebelumnya yakni Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015. Di dua turnamen itu Argentina harus puas sebagai runner up.
Selain itu Tim Tango ingin menyejajarkan diri dengan Uruguay yang telah 15 kali juara dan menjadi pengoleksi gelar Copa America terbanyak. Kedua tim saat ini hanya terpaut satu trofi.