Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Korupsi, Seksualitas dan Gerakan Semesta Pendidikan

29 Mei 2016   23:46 Diperbarui: 30 Mei 2016   00:48 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Kompas.com

Akar

Dengan tanpa berpanjang-panjang menyebut deretan persoalan yang mendera dunia pendidikan kita, dua contoh di atas setidaknya sudah lebih dari cukup untuk menarik konklusi bahwa pendidikan di Tanah Air mengalami kemunduran.

Pertama,menyata bahwa pendidikan semata-mata dipahami sebagai urusan otak atau akal budi semata. Pendidikan mental, moral, karakter dan akhlak kurang mendapat porsi. Yang dikejar saban hari oleh para guru dan peserta didik adalah angka-angka yang pada gilirannya menentukan kenaikan kelas, kelulusan hingga akreditasi. Adalah sebuah kebanggan bila mampu mencetak lulusan dengan nilai mentereng. Apakah lulusan atau output itu benar-benar menjadi pribadi yang sudah terdidik, dalam arti segenap potensi sudah ditarik keluar dan diasah dengan benar, bukan jadi perkara lagi. Kasus korupsi yang berurat-akar di institusi pendidikan, serta persoalan kekerasan hingga kejahatan seksual itu, dalam arti tertentu adalah kegagalan dunia pendidikan menyentuh aspek nonkognisi.

Kedua,sekilas persoalan yang mengemuka di atas dibaca sebagai urusan institusi pendidikan yang nota bene disebut sebagai sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya. Namun jarang disebut bahkan disangkutpautkan denga keluarga dan institusi lainnya ketika sebuah persoalan mendera peserta didik.

Apakah persoalan kekerasan, baik dari kaca mata korban maupun pelaku, adalah murni ‘kekurangan’ dari institusi pendidikan formal? Bukankah pendidikan adalah juga urusan keluarga dan masyarakat umumnya?

Gerakan semesta

Patut diakui aneka persoalan di atas mustahil diselesaikan dengan dan hanya mengandalkan kerja satu dua lembaga saja. Persoalan yang mendera pendidikan adalah urusan dan tanggung jawab bersama, bukan hanya institusi pendidikan formal semata. Sebagai sebuah masalah bersama maka menuntut kerja sama dan kerja bersama baik keluarga, sekolah/lembaga pendidikan, masyarakat hingga pemerintah. Dengan kata lain, istilah gerakan semesta tepat untuk menggabarkan hal itu. Semua elemen yang terlibat dalam semesta pendidikan bergerak bersama.

Pertama,terkait kejahatan seksual terdapat rantai kerja sama yang bisa dibangun mulai dari konsep pendidikan seksualitas komprehensif baik yang berbasis sekolah, keluarga maupun komunitas.

Harus dipahami dan kembali ditekankan bahwa pendidikan seksualitas bukan soal cara berhubungan seks, kelamin atau perkelaminan. Seksualitas harus ditekankan sebagai totalitas diri seseorang sebagai manusia.

Bisa disebutkan konsep tepat tentang seksualitas menurut WHO yang menyangkut variable biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual, termasuk berkaitan dengan persepsi diri, harga diri, sejarah pribadi, konsep cinta dan keintiman, citra tubuh, kepribadian dan sebagainya.

Muara dari pendidikan seksualitas adalah menghasilkan individu yang mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, terlepas dari jenis kelaminnya. Pada titik ini memasukan Pendidikan Seksualitas Komprehensif Comprehensive Sexuality Education/CSE) menjadi penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun