Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Walau Tak Sekaya Bong Chandra, Hidup seperti Hari Libur Sudah Lebih dari Cukup

26 Mei 2016   22:21 Diperbarui: 26 Mei 2016   22:46 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Publik Indonesia hampir tak ada yang tak mengenal Bong Chandra. Ya, motivator dan pembicara ulung yang telah bereputasi internasional. Tak hanya pandai berbicara dan memberi semangat, pemuda kelahiran 25 Oktober 28 tahun silam itu pun seorang pebisnis hebat. Selain cakap berbicara, pundi-pundinya pun tebal.

Tentu, tak ada seorang pun yang tak ingin seperti Bong bukan? Apalagi bagi kawula muda.  Pria kelahiran Jakarta ini pantas menjadi suri teladan sekaligus kiblat dalam hidup. Peraih gelar motivator termuda se-Asia saat berumur 23 tahun itu layak menjadi figur ideal yang ingin dicapai kaum muda masa kini.

Meniru dan mewujudkan semangat dan jalan hidup, tak semudah membaca kisa hidup Bong. Bisa jadi Bong adalah pengecualian. Namun bukan tidak mungkin keberhasilannya memberikan inspirasi dan semangat untuk meraih sukses di masa muda. Minimal hidup sejahtera saat peluang hidup masih terbentang luas.

Lantas bagaimana bila Bong benar-benar satu atau tiada duanya? Bagi saya minimal bisa menjalani hidup seperti ungkapan everyday is holiday.Hidup sehari-hari seraya seperti berlibur. Apakah mungkin?

Mengapa tidak?

Menjalani keseharian hidup seraya seperti berlibur pada titik tertentu terkesan berlebihan. Hampir mustahil menerjemahkannya secara nyata dan terukur. Hidup seperti pemahaman umum adalah perjuangan. Setiap detik, menit dan jam adalah pengorbanan. Hampir tak ada yang bisa benar-benar lepas bebas setiap saat.

Setiap orang, sesuai jalannya memiliki kesusahan sendiri-sendiri sehingga membuat hidup seperti dua mata uang yang tak bisa dipisahkan. Susah-senang, kalah-menang, pahit-manis, dan masih banyak lagi, berbaur jadi satu, tergurat dalam apa yang disebut kehidupan itu.

Namun tidak berarti bahwa filosofi tersebut tak bisa diwujudnyatakan. Walau pada titik tertentu serasa mustahil, namun pada titik yang lain sangat mungkin terjadi. Titik tersebut adalah masa pensiun.

Secara sederhana masa pensiuan adalah periode ketika berakhirnya masa produktif, walaupun ada yang terus berkaria hingga habis usia. Tetapi pada umumnya masa pensiun adalah kesempatan untuk menikmati kehidupan.

Walau demikian tak sedikit yang ‘gagal’ menikmati masa pensiun tersebut karena masih memiliki ‘beban’ masa lalu. Beban tersebut bisa berupa minimnya dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk keperluan lain. Bagaimana jadinya bila dana untuk tujuan jangka pendek itu terbatas? Bisa dibayangkan sendiri bagaimana susah dan sulitnya menjalani masa pensiun itu.

Maka solusi yang ditawarkan adalah menabung hingga berinvestasi sejak dini. Dengan segala perjuangan dan lika-likunya, hasilnya bisa dipetik di masa tua. Tentu saja tidak asal menabung dan berinvestasi, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun