Tim Thomas Indonesia selangkah lebih dekat menuju tangga juara. Penantian gelar turnamen beregu putra selama 14 tahun itu kian menemui titik akhir. Menghadapi tim kuat Korea Selatan di semi final, Jumat (20/05), di Kunshan Sport Center, para Arjuna tampil menggila.
Berkekuatan para pemain muda, Tim Thomas mampu mengakhiri perlawanan Negeri Ginseng itu dengan skor 3-1. Dimotori ganda senior, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Merah Putih mampu meladeni para pemain senior Korea yang sebelumnya di perempat final berhasil menghempaskan sang raksasa, sekaligus tuan rumah, Tiongkok.
Menghadapi laga krusial ini, tim pelatih melakukan perubahan signifikan terutama di partai pertama. Tunggal terbaik Indonesia, Tommy Sugiarto diistirahatkan dan memberi tempat kepada pemain muda Jonathan Christie.
Kepercayaan itu benar-benar menantang pemain 18 tahun itu. Selain menjadi pembuka jalan, Jo juga harus berhadapan dengan ‘pembunuh’ tunggal nomor satu dunia Chen Long, Son Wan Ho.
Tunggal Kore nomor sembilan dunia sedang dalam kepercayaan diri tinggi usai kemenangan tersebut. Namun kondisi Tommy yang tak bugar membuat Jo menjadi pilihan yang paling mungkin. Selain itu performa Jojo semakin menanjak.
Namun, performa Jo justru antiklimaks. Ia terlihat kurang percaya diri sehingga mempengaruhi pola permainannya. Smash-smash tajam tak terlihat. Berbanding terbalik dengan Son yang sabar dan taktis, Jo malah terjebak dalam keragu-raguan baik dalam menyerang maupun mengarahkan shuttlecock.
“Saya masih kalah dari segi kematangan dan ketenangan, kapan harus menyerang dan sabar dulu, saya akui masih kalah jauh dari Son. Jadi tunggal pertama sebetulnya ngga bikin tegang, saya sudah merencanakan untuk bermain sabar, tapi di lapangan malah beda hasilnya, malah buru-buru ingin mematikan lawan,” ungkap Jo usai menyerah 21-10, 21-16 dikutip dari badmintonindonesia.org.
Kekalahan Jo membuat posisi Merah Putih semakin tertekan. Di partai kedua Hendra/Ahsan akan bertemu ganda nomor satu dunia Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong.
Performa Lee/Yoo di semi final begitu luar biasa. Selain itu track record pertemuan keduanya masih dipegang andalan Kore itu dengan kedudukan 7-5.
Namun, kematangan Hendra/Ahsan benar-benar terlihat dalam laga ini. Keduanya menepis keraguan publik Indonesia setelah tampil mengecewakan di babak delapan besar saat dikalahkan ganda Hong Kong Or Chin Chung/Tang Chun Man.
Bermain selama 34 menit, Hendra/Ahsan menang 15-21 12-21. Kemenangan ini sekaligus mengulangi hasil positif di ajang Super Series Finals 2105. Saat itu Hendra/Ahsan menang usai bermain rubber game 21-17, 22-24, 21-15.
“Memang ada strategi khusus dalam menghadapi Lee/Yoo, salah satunya dengan banyak dropshot-dropshot ke arah mereka. Kami tak mau mengingat kekalahan kemarin saat melawan wakil Hong Kong, kami hanya fokus untuk pertandingan hari ini dan bagaimana caranya menang,” jelas Hendra usai laga.
Kemenangan Hendra/Ahsan memberikan motivasi berlipat bagi Anthony Sinisuka Ginting di partai ketiga. Bertemu Lee Dong Keun, Anthony percaya diri walau secara peringkat di belakang tunggal 16 dunia itu.
Pemain 19 tahun itu mampu mengontrol diri dan bermain taktis. Alhsil pria asal Cimahi, Jawa Barat itu mampu menang straight set dengan skor 21-18, 21-18.
“Tetap mengontrol diri, jangan terlalu menggebu-gebu, jangan tidak semangat. Intinya lebih mengatur pikiran dan mental,” ungkap Anthony terkait kunci tampil begitu tenang.
“Saya tidak terlalu memikirkan mau nyumbang poin banget, nanti jadinya bumerang buat saya, jadinya saya tegang. Kemenangan Hendra/Ahsan membuat saya termotivasi untuk menunjukkan yang terbaik di lapangan,” lanjutnya.
Di partai keempat, ganda kedua, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi berhasil menyumbang poin kemenangan bagi Indonesia. Bertemu Kim Sa Rang/Kim Gi Jung, ganda nomor 12 dunia itu tampil baik dan tampak tak kesulitan mengakhiri kiprah ganda nomor empat dunia.
Angga/Ricky yang gagal lolos ke Olimpiade Rio de Janeiro menang mudah 15 21 dan 18-21 dalam waktu 39 menit sekaligus memperlebar rekor pertemuan keduanya menjadi 3-1.
Peluang final
Di partai puncak, Indonesia masih menanti pemenang antara Malaysia vs Denmark. Kedua tim sama-sama memiliki keunggulan yang patut diwaspadai Merah Putih.
Malaysia memiliki Datuk Lee Chong Wei, mantan tunggal nomor satu dunia. Selain itu dua ganda mereka Goh V Shem/Tan Wee Kiong dan Koo Kien Keat/Tan Boon Heong berpotensi menyulitkan lawan. Walau peringkat keduanya masih kalah dari Hendra/Ahsan dan Angga/Ricky, tampil di partai puncak memberikan motivasi tersendiri. Apalagi Malaysia sudah puasa gelar Piala Thomas sejak 1992 silam.
Bagaimana dengan Denmark? Seperti Indonesia, Denmark memiliki pemain muda dengan peringkat yang bagus yakni Viktor Axelsen yang kini berada di rangking empat dunia. Selain itu mereka memiliki pemain senior yang kini berada di rangking 13 dunia, Hans-Kristian Vittinghus.
Di sektor ganda Denmark sejatinya memiliki ganda tangguh, Mathias Boe dan Cersten Mogensen. Namun, Mogensen batal tampil karena sedang dalam tahap pemulihan usai operasi otak. Sebagai gantinya Boe berpasangan dengan Mads Conrad-Petersen.
Selain itu Denmark memiliki ganda pelapis yakni Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen. Seandainya Denmark bertemu Indonesia di final, maka ganda nomor 23 dunia ini berpeluang menjadi lawan Angga/Ricky.
Terlepas dari siapa lawan di partai pamungkas, Indonesia memiliki peluang untuk merengkuh gelar bergengsi itu, setelah terakhir kali, yakni enam tahun lalu mencapai partai final sebelum disingkirkan Tiongkok. Kombinasi senior dan junior yang semakin padu, serta motivasi yang tinggi dari para pemain muda, bakal menjadi kunci untuk membawa kembali Piala Thomas itu ke Tanah Air.
Semoga harapan terbaik seluruh rakyat Indonesia terwujud.
Hasil babak semifinal Korea 1-3 Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H