Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pasca Pencabutan Pembekuan PSSI, ke Mana Muara TSC dan Sepakbola Indonesia?

11 Mei 2016   17:30 Diperbarui: 12 Mei 2016   14:02 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dioperatori oleh PT Gelora Trisula Semesta (GTS) dan didukung oleh dua sponsor utama yakni Torabika dan IM3 Ooredoo, turnamen ini akan berlangsung selama delapan bulan ke depan. Dibagi dua kelompok, TSC A yang beranggotakan 18 klub dari kasta tertinggi dan 53 klub pentolan Divisi Utama di kategori TSC B, total 306 pertandingan akan dihelat selama satu musim dengan mengeluarkan biaya tak kurang dari Rp375 miliar.

Kehadiran turnamen ini di satu sisi menjawab kerinduan masyarkat dan pelaku sepak bola akan adanya kompetisi. Setelah PSSI dibekukan yang berbuntut pada sanksi FIFA, praktis sepak bola Indonesia mati suri.

Selain itu TSC melanjutkan rantai kompetisi sepak bola dalam negeri yang telah dimulai sejak 1931. Saat itu peserta kompetisi masih bernama perserikatan dan sejak 1979 perserikatan itu ditujukan kepada sepak bola amatir.

Sejak tahun 1979 hingga 1994, Liga Indonesia terpecah menjadi Liga Sepak Bola Utama (Galatama). Galatama ini menjadi pionir sepak bola professional di Asia bersama Liga Hong Kong.

Dengan kelebihan dan kekurangannya, sejak 1994 hingga 2007, Perserikatan dan Galatama melebur menjadi Liga Indonesia. Sebagai wadah sepak bola dalam negeri, PSSI menyatukan keduanya dalam sebuah kompetisi.

Format dan nama pun terus berubah. Liga Indonesia pun berubah menjadi Liga Super Indonesia, menggantikan Divisi Utama sebagai kompetisi tingkat tertinggi.

Setahun kemudian berganti nama menjadi QNB League. Tak berlangsung lama kompetisi yang mendapat sponsor utama dari Timur Tengah itu, terhenti di tengah jalan. Baru kemudian muncullah TSC yang hingga kini masih berjalan.

Pertanyaan kini, kemana muara TSC dan sepak bola Indonesia?

Seperti disinggung di atas, TSC lebih sebagai pelipur lara, ketimbang solusi mendasar atas persoalan sepak bola dalam negeri. TSC hadir dengan iming-iming hadih terbesar dalam sejarah liga Indonesia. Sang pemenang mendapat 3 miliar rupiah dan runner-up mendapat hadiah 2 miliar rupiah.

Tak hanya itu, setiap klub mendapat subsidi operasional sebesar Rp 5 miliar dan uang tambahan dari hak siar dan prestasi.

Dengan format berbeda, TSC mewajibkan para peserta mematuhi regulasi pagu anggaran belanja antara Rp 5 miliar hingga 10 miliar. Selain itu, jumlah pemain asing dibatasi yakni empat orang (tiga dari negara mana pun dan satu dari Asia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun