Secara individu pun setali tiga uang. Saat ini jumlah pebulutangkis Indonesia yang masuk kategori elit, misalnya masuk dalam rangking 10 besar BWF, bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat ini tak ada satu pun pemain Indonesia yang menduduki puncak rangking dunia. Berbeda dengan Thailand, dan Spanyol yang merupakan pendatang baru dan sempat mengirim wakil mereka di puncak rangking dunia.
Alih-alih memiliki wakil di puncak tangga dunia, di sektor putri Indonesia sudah jauh tertinggal di belakang negara-negara lain. Kerinduan pada kehadiran sosok seperti Susi Susanti dan Mia Audina masih diperam hingga kini.
Sejak era kedua legenda itu, Indonesia tak lagi memiliki tunggal putri yang disegani. Saat ini rangking tunggal putri terbaik berada di posisi 22 dunia sehingga hanya mendapat satu tiket keberuntungan tampil di Olimpiade Rio de Janeiro pada bulan Agustus nanti.
Maka perayaan ulang tahun PBSI kali ini benar-benar menjadi kesempatan untuk bertanya diri. Momentum refleksi itu bertepatan dengan acara potong tumpeng yang selalu dibuat setiap ulang tahun. Kali ini acara sederhana itu digelar di Pelatnas Cipayung pada Senin (09/05) lalu. Momen itu disatukan dengan acara pelepasan Tim Thomas dan Tim Uber yang akan berlaga di Kunshan Sports Center Stadium, Tiongkok pada 15-22 Mei 2016.
“Hari ini kita bukan cuma merayakan hari ulang tahun PBSI tetapi juga merayakan momen untuk melimpahkan kesempatan dan peluang teman-teman kita yang akan bertanding di Piala Thomas dan Uber. Momen ini menjadi salah satu perjalanan hidup PBSI yang diwarnai dengan kesulitan dan kebahagiaan,” ungkap Ketua Umum PBSI, Gita Wirjawan dikutip dari badmintonindonesia.org.
Yang disampaikan Gita Wirjawan jelas menyiratkan kondisi PBSI saat ini. Sisi sulit di antaranya sudah disampaikan di atas. Sementara aspek sebaliknya di antaranya tercermin dari kehadiran para pemain muda yang kini mendapat kesempatan yang luas untuk membela panji Merah Putih seperti terlihat dalam komposisi Tim Thomas dan Uber kali ini.
Di sektor putra selain Tommy Sugiarto dan pasangan ganda senior Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, selebihnya adalah para pemain muda yang sedang naik daun. Sementara itu di sektor putri Greysia Polii dan Maria Febe Kusumastuti akan membimbing para junior untuk bersaing dengan tim-tim kuat lainnya.
Absennya Lindaweni Fanetri dan Nitya Krishinda Maheswari yang dalam kondisi tak bugar demi mempersiapkan diri secara maksimal ke Olimpiade Rio, memberikan kesempatan penuh kepada Hanna Ramadini, Fitriani, Gregoria Mariska, Tiara Rosalia Nuraidah, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani serta Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri.
Sebagai sektor yang kurang diunggulkan para srikandi Merah Putih ini akan bersaing dengan tim kuat Thailand serta Bulgaria dan Hong Kong di grup C. Harapan tentu tak muluk-muluk. Lolos fase grup sudah menjadi prestasi tersendiri.
Sementara sektor putra mendapat harapan yang lebih tinggi. Bahkan target juara dipatok kepada Hendra Setiawan dan kolega.