Justru dalam situasi demikian engkau menemukan dunia yang membuatmu menjadi lebih berarti. Menulis untuk berbagi pengalamanmu. Lebih dari maksud mengobati rindu pada Tanah Air.
Engkau berbagi dengan menari dan memasak. Tidak hanya untuk mengabadikan talentamu. Lebih jauh, engkau merawat budaya yang telah mengalir dalam darah dan menyatu dengan dagingmu. Â Di dunia Barat sana, engkau tetap setia dengan ke-Timuran-mu.
Sudahkah kau baca Burung-burung Rantau,hasil refleksi almarhum Y.B. Mangunwijaya? Ya, dalam arti tertentu, pergulatan antara Timur dan Barat itulah yang sedang kau rasakan. Â Seperti maksud sang rohaniwan, engkau pun berhasil sejauh ini, mengawinkan Timur dan Barat dengan caramu sendiri.
Seperti burung-burung rantau, engkau selalu terpanggil pulang ke sarang dari mana engkau berasal. Namun, bila sang burung akhirnya harus pulang dengan raganya, engkau memiliki cara sendiri untuk menjawab panggilan naluriah itu. Pulang dengan cara yang sedang kau tempuh saat ini. Menulis, menari, memasak. Yang membuatmu selalu ingat ibu pertiwi. Menghindari jati dirimu tercabut dan lepas.
Apakah kini kau masih merasa sendiri di sana? Jangan..jangan. Engkau sejatinya tak sendiri. Dalam tarian, dalam tulisan, dalam menu masakmu itu, engkau sedang berkomunikasi, berdiplomasi, dan berpromosi. Engkau sedang merawat kebudayaan, merawat jati dirimu, merawat kebersamaan melintasi ruang dan waktu.
Kehadiranmu di kampung besar ini sudah memberi tanda jelas. Lima tahun lamanya engkau telah diuji dan berhasil membuktikan diri. Bagi saya yang baru setahun di ruang ini, dan belum lama berkenalan denganmu, laku yang sedang kau tekuni memberi banyak makna. Tak hanya tentang seribu tulisan. Tak juga semata-mata tentang sejumlah buku. Apalagi hanya tentang aneka apresiasi dan penghargaan.
Dalam laku yang kau tekuni saat ini, menyitir ‘Kwatrin Tentang Sebuah Poci’ dari Goenawan Mohamad, engkau sejatinya sedang ‘membikin abadi sesuatu yang kelak retak’. Yakni ketegaran seorang ibu, keterbukaan seorang diplomat budaya, kreativitas seorang pelaku seni dan kesetiaan seorang Timur.
Selamat merayakan hari jadi kelima di kampung kita ini. Selamat Hari Ibu
Salam dari Timur dan Timur-nya Tanah Air
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H