Di atas segalanya, tak terlalu penting tim mana yang akan dibela. Seperti terjadi selama ini, kiprah seorang pebalap selau dibatasi kontrak yang berdurasi dua tahun. Selama itu, bila tampil maksimal maka akan menjadi yang terbaik. Namun, sebagaimana dikatakan Vinales, “more important how I fit into the team and how I can make my objectives.”
Siapa juara?
Siapa yang akan menemani Rossi musim depan akan terus menjadi tanda Tanya. Selain menanti keputusan Vinales, Yamaha pun memiliki pertimbangan tersendiri. Baik Vinales maupun Pedrosa sama-sama memiliki potensi dan peluang untuk digaet.
Seperti dikatakan Rossi, Pedrosa memiliki keunggulan dari segi kecepatan dan kekuatan. Pengalamannya di ajang bergengsi itu telah teruji. Namun menurut Rossi, Pedrosa sudah cukup berumur.
Sebaliknya, Vinales dianggap masih hijau dan belum banyak pengalaman. Namun Rossi menilai Vinales memiliki potensi besar.
“But for me it doesn't make much difference: I have a great relationship with Pedrosa and also Vinales,” simpul Rossi.
Terlepas dari polemik ini, Vinales sendiri tak bisa tidak memikirkan Le Mans. Seri kelima ini menjadi penting baginya untuk terus memperbaiki posisi di tabel klasemen. Dengan raihan 33 poin, Vinales menempati peringkat keenam.
Di puncak klasemen bercokol Marc Marquez. Pebalap Repsol Honda itu mengemas 82 poin buah kemenangan di seri kedua dan ketiga di Argentina dan Austin, Amerika Serikat.
Di belakang Marquez ada pebalap Spanyol lainnya dari tim Movistar Yamaha Jorge Lorenzo yang menjadi yang tercepat di seri pembuka di Sirkuit Losail, Qatar.
Dengan selisih 24 poin dari Marquez, ada Rossi di tempat ketiga. Kemenangan di seri keempat di Sirkuit Jerez, Spanyol menjadi alarm bahwa The Doctor siap mengancam.