Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Lonceng Kematian Asian Games Terdengar di Jakarta?

28 April 2016   17:38 Diperbarui: 28 April 2016   19:59 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu sisi Stadion GBK (gambar Kompas.com)

Pertanyaan seperti judul di atas terdengar menyakitkan. Memang. Seperti itulah yang kita rasakan bila mendengarnya pertama kali pada 1962 silam. Saat itu, harian Singapura, Strait Timesmenurunkan tulisan dengan judul serupa (Kompas,19 April 2016). Namun, bukan dalam nada sanksi, tapi afirmatif. Bukan bertanya, melainkan memastikan. Tanpa tanda tanya di judul.

Memang saat itu, tak hanya Singapura,  negara-negara di kawasan Asia lainnya begitu pesimis saat Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games 1962. Bersaing dengan Pakistan dan Taiwan, Indonesia dianggap terlalu berani.

Bukan tanpa alasan Singapura dan negara-negara anggota Federasi Asian Games (AGF) ragu. Tak hanya ekonomi yang terpuruk, sumber daya pun setali tiga uang. Belum lagi fasilitas dan sarana prasarana yang nihil untuk menggelar multievent tingkat Asia itu.

Namun, keraguan tersebut, justru berubah jadi semangat dan ambisi di mata Soekarno. Seperti kemerdekaan Indonesia yang diperjuangkan dengan gigih, demikianpun untuk menggelar Asian Games itu. Tampaknya sang proklamator tak ingin bangsa-bangsa lain meragukan independensi dan kemampuan Indonesia.

Tak kehabisan akal, dengan kemampuan diplomasinya, Soekarno mendapatkan pinjaman dari Uni Soviet. Dana besar pun digelontorkan untuk membangun kompleks olahraga Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta.

Stadion megah dengan daya tampung 100.000 penonton dibangun, plus kolam renang, asrama atlet, dan berbagai sarana olahraga lainnya. Kompleks GBK itu tak hanya mencengangkan para tetangga. Kini, setelah lebih dari setengah abad berlalu, GBK masih menjadi monumen kebanggaan Indonesia.

Ketika Indonesia kembali terpilih menjadi tuan rumah Asian Games untuk kedua kalinya, raut pesimisme bangsa-bangsa lain seperti 52 tahun lalu mungkin tak terlalu terlihat. Kondisi Indonesia saat ini sungguh sangat berbeda dengan masa Soekarno itu.

Indonesia telah menjadi bangsa besar dengan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki. Walaupun tingkat pertumbuhan naik turun, dan saat ini sedang terjepit, potensi menjadi raksasa ekonomi dunia tetap diperam dengan positif.

Bahkan para analis dan pengamat baik domestik mapun mancanegara memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia baru pada 2020, bersanding dengan  BRIC (Brasil, Rusia, India dan China)

Sejalan dengan itu majalah kenamaan The Economist,sejak Juli 2010 lalu, telah menempatkan Indonesia sebagai calon kekuatan ekonomi baru pada 2030.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun