Menarik ‘catatan olahraga’ di harian Kompas, Rabu (20/04) tentang keterlibatan TNI dan Kepolisian Negara RI (Polri) dalam dunia sepak bola Tanah Air. Kini dua institusi tersebut hadir secara aktif dengan membentuk tim-tim sepakbola.
Sejak kemunculan PS Polri (kini PS Bhayangkara) pada Piala Bhayangkara, kini hadir PS TNI yang baru saja memproklamirkan diri sebagai klub profesional dengan mengakuisisi Persiram Raja Ampat. Kehadiran kedua klub tersebut mengingatkan kita pada negeri tetangga, Singapura yang juga memiliki klub yang beranggotakan polisi dan tentara.
Ada Home United FC yang dimiliki polisi serta Warriors FC yang digadang-gadang milik tentara Singapura. Kedua klub tersebut telah lama berdiri dan dikelola dengan sangat profesional. Seperti klub-klub profesional lainnya, kiprah mereka dimulai dari divisi amatir hingga berkembang menjadi klub yang sangat disegani di Negeri Singa.
[caption caption="Peluncuran PS TNI jelang TSC 2016 (gambar INDOSPORT.com)"]
Berbeda dengan PS Polri dan PS TNI, seperti disinggung di atas, pengelolaan kedua klub tetangga itu jauh lebih profesional, dimulai dari bawah dan tidak dengan cara akuisisi. Belum lagi biaya operasional kedua klub itu tanpa kucuran uang negara.
Peraturan menteri dalam negeri (permendagri) menegaskan bahwa klub profesional tidak boleh memakai dana APBN. Seperti klub profesional lainnya, apakah klub-klub yang dikelola institusi negara itu, benar-benar tak menggunakan dana negara?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H