Perkembangan negara tetangga yang sudah meninggalkan Indonesia diakui juga oleh Yayuk. “Terus terang saya pas dengar kabar itu, hati saya patah sepanjang sejarah kita kalah dari Singapura. Bukan tidak mau menerima Singapura bermain lebih bagus, tapi ada apa ini? Kesalahan siapa ini? Itu yang lebih saya pikirkan, pemain dan pelatih hanyalah prajurit dan juga korban akan ketidakbecusan dan ketidakmampuan para pengurusnya,” ungkap Yayuk usai Indonesia dibekuk Singapura 1-2.
Tak hanya di ajang beregu itu, aroma kemunduran sudah tercium di arena SEA Games dalam beberapa tahun terakhir. Alih-alih meraih medali, Indonesia tak lebih dari penggembira (Kompas.com).
Maka, sampai kapan keterpurukan ini dipelihara? Siapa yang harus mengambil tanggung jawab untuk mengembalikan kejayaan tenis Indonesia?
Apa perlu seperti kata penyanyi Ebiet G.Ade, kita bertanya kepada ‘rumput yang bergoyang’?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H