Mengakhiri karier yang telah diakrabi sejak kecil bukan perkara mudah. Mengucapkan sayonara pada dunia yang telah membesarkan nama sama tersiksanya seperti harus melepaskan harta paling berharga.
Demikian kurang lebih gambaran minimalis terkait Kobe Bryant, salah satu sosok legendaris NBA yang baru saja menggantung kausnya.
Pertandingan menghadapi Utah Jazz di Staples Center, Los Angeles, Kamis (14/04) pagi tadi menjadi akhir kiprahnya bersama Los Angeles Lakers. Itu pun menjadi laga terakhir Kobe Bean Bryant di kancah basket profesional.
Sudah bisa diduga, dan telah terlihat sejak ia mengumumkan rencana pensiun, laga pamungkas ini benar-benar menjadi pusat sorotan. Entah mengapa, antusiasme publik dunia benar-benar terarah pada laga tersebut. Bisa jadi, publik ingin menyaksikan sosok legendaris itu tampil sebagai profesional NBA untuk terakhir kalinya.
Staples Center pun benar-benar dipadati penonton walau harga tiket yang dipatok melambung tinggi. Dari deretan penonton, hadir pula David Beckham, mantan kapten Manchester United dan timnas Inggris. Bisa jadi masih ada publik figur lainnya.
Tak kurang dari 500 wartawan, dan 60 dari antaranya berasal dari 15 negara di luar Amerika Serikat, meliput pertandingan tersebut secara langsung. Dunia benar-benar tak ingin kehilangan laga terakhir Black Mamba itu.
Tak hanya itu, tingginya antusiasme dan publikasi yang luas menjadi tanda penghormatan kepada Bryant. Dan benar, laga tersebut benar-benar dikhususkan bagi Bryant. Sosok fenomenal yang tampil selama 20 musim NBA, merengkuh lima cincin juara, 18 kali menjadi pemain terbaik NBA All Star dan masih banyak prestasi lainnya.
Bryant menjadi pemain kelima dalam sejarah NBA yang berkarier selama 20 tahun dan pebasket pertama yang mendedikasikan diri sepanjang itu untuk satu tim. Tak heran upeti luar biasa tersaji di Staples Center.
Tak hanya di dalam arena pertandingan, euforia fans sudah terlihat di jalan-jalan kota di sekitar Staples Center. Namanya disebut-sebut dan dielu-elukan. Publik Los Angeles benar-benar mencintainya.
Hal itu diakui oleh salah satu pelempar bola dan point guard terbaik dalam sejarah NBA yang turut hadir malam itu, Earvin "Magic" Johnson. Sebagai pendahulu, Magic tahu seperti apa sosok Bryant di mata fans. Bahkan ia tak segan menyebut Bryant sebagai sosok luar biasa di kota tersebut.
“Kami di sini untuk merayakan kebesaran. Selama 20 tahun yang unggul. Selama 20 tahun, Kobe Bryant tidak pernah menipu pertandingan, ia tidak pernah menipu kami sebagai fans,” ungkap Magic, yang sama dengan Bryant, lima kali juara NBA, seperti dikutip Daily Mail.
“Selama 20 tahun terakhir, pria ini telah menjadi luar biasa dan selebriti terbesar yang kami miliki di kota ini. Dia tidak hanya menjadi seorang ikon olahraga luar biasa tetapi juga sosok terbesar yang mengenakan seragam ungu dan emas,” lanjut pria yang kini berusia 56 tahun itu.
Testimoni singkat meluncur dari mantan rekan setim dan lawan seperti LeBron James, Pau Gasol, Stephen Curry, Dirk Nowitzki, dan Carmelo Anthony sebelum diakhiri suara dari fans Lakers dan selebriti kondang Hollywood, Jack Nicholson.
Rangkuman video tersebut menyatu dengan petikan “Selamat atas 20 tahun bersama ungu dan emas” yang terpampang di langit-langit Staples Center sebelum dan setelah pertandingan.
42 menit
Penampilan selama 42 menit memang terasa sedikit untuk sebuah laga perpisahan. Namun rentang waktu tersebut bisa menjadi sangat berharga untuk mengabadikan akhir sebuah sejarah.
Bagi Bryant laga tersebut benar-benar sangat emosional. Menguras emosi dan memeras kenangan yang telah ditenun selama dua dekade. Dalam suasana gundah-gulana, Bryant tetap tampil tegar. Bahkan ia sama sekali tak terlihat melankoli, walau suasana sekeliling benar-benar memancing tangis.
Bryant tampil gemilang. Ia mencetak 60 poin untuk membantu LA Lakers menang 101-96. Jumlah poin tersebut sangat signifikan, jumlah terbanyak yang ditorehkan sejak Februari 2019.
"Akhir sempurna akan menjadi juara. Tapi malam ini (saya) mencoba untuk pergi keluar, bermain keras, dan mencoba menunjukkan sejauh yang saya bisa. Saya merasa baik bisa melakukan itu untuk terakhir kalinya," lanjut Bryant seraya tersenyum.
Ia sepertinya ingin memaknai 42 menit itu secara sungguh-sungguh. Tak hanya ingin memberikan "oleh-oleh" perpisahan pada fans, tetapi juga menjadi kenang-kenangan bagi klub yang telah membesarkan namanya.
Tepatnya, penampilan gemilang Bryant itu lebih sebagai motivasi bagi timnya agar bangkit lagi di musim berikutnya setelah mengalami keterpurukan yang sangat di musim ini.
Kegagalan Lakers lolos ke play off benar-benar menjadikan laga ini sebagai laga perpisahan. Kemenangan yang dibungkus dengan aksi ciamik sang legenda, menjadi kisah manis di akhir musim yang pilu.
"Sulit untuk percaya hal itu terjadi dengan cara ini. Saya masih terkejut dengan hal itu," lanjutnya.
Walau Bryant sendiri terkejut dan separuh tak percaya, namun bagi kita, dan bagi siapa saja tepat yang dikatakan pelatih Lakers sekaligus rekan setim di awal kariernya, Byron Scott, “Itu tak mengejutkan saya, cara bagaimana ia akan pergi. 60 poin bukan kejutan. Saya tahu ia punya itu dalam dirinya.”
Terima kasih, Black Mamba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H