[caption caption="Atep saat mengunjungi Ridho Maulidin Sukarna (sumber gambar INDOSPORT.com)"][/caption]Usianya baru lima tahun saat kejadiaan tragis itu menimpanya. Rabu, 30 Maret lalu. Euforia iring-iringan pendukung Persib Bandung menuju Stadion Si Jalak Harupat, Bandung meremukkan kaki Ridho Maulidin Sukarna.
Sukacita Bobotoh, pendukung Persib mendukung timnya menghadapi Bali United di semi final Piala Bhayangkara itu berakibat fatal bagi bocah malang tersebut. Karena kejadian itu, Ridho harus kehilangan kaki kiri usai diamputasi. Kedua tulang kaki, lutut dan paha bocah tersebut remuk.
Kini Ridho terbaring di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk menjalani proses penyembuhan sebagian kakinya yang remuk. Sementara sang pelaku tabrak lari, yang diduga salah satu dari anggota rombongan itu, hingga kini masih misterius.
Sejak kejadian itu, nama Ridho menjadi buah bibir dan viral di dunia maya. Tersangkutnya nama Bobotoh, membuat pihak klub pun terpanggil untuk berbelarasa. Selain berupa dukungan personal, pihak klub akhirnya memutuskan untuk menjenguk Ridho, Rabu (13/04) siang ini.
Sejati
Dari sejumlah pemberitaan, momen kunjungan itu diwarnai suasana haru. Dengan tanpa berpanjang kata, bagi siapa saja, melihat situasi yang dialami Ridho sudah tentu sangat menyayat rasa kemanusiaan. Dalam usia yang masih sangat muda, Ridho harus kehilangan salah satu anggota tubuhnya.
Lebih lagi, siapa yang tak merasa haru melihat seorang bocah terbaring lemah, namun tetap memelihara rasa senang melihat tim kesayangannya datang berkunjung. Sambil menahan sakit yang sangat, Ridho tetap menyimpan kerinduan untuk bertemu sang idola, Atep Rizal yang pada saat itu menjadi bagian dari anggota rombongan yang datang berkunjung. Tak hanya kapten Persib Bandung itu yang meneteskan air mata. Sosok setegar apa pun pasti akan merasakan haru yang sama.
Atep memberi Ridho sehelai jersey dan mainan. Tak hanya sebagai buah tangan untuk kunjungan mengharukan itu, mengingat mereka juga menyerahkan sumbangan finansial. Lebih dari itu, kehadiran mereka sebagai simbol cinta dan perhatian, tak hanya kepada seorang pendukung, tetapi kepada seorang anak manusia.
Atep, dan rombongan yang datang, membawa dukungan dan semangat agar Ridho tegar dan kuat. Mengalami kejadian tragis dalam usia yang sangat belia, bukan perkara mudah bagi seorang anak kecil. Ziarah hidup yang tebentang luas di depan sana harus ditata lagi dengan ketidaksempurnaan yang harus diakrabi.
Karena itu, sedini mungkin harus diberi penguatan. Salah satunya dengan suntikan semangat dari sosok yang dipuja dan tim yang dicintai. Betapapun belianya, dalam hati kecilnya, rasa kagum dan suka itu, bisa mengkristal menjadi motivasi yang kadang sulit dipahami dan dinalar seperti yang membungkus euforia seseorang pada sebuah tim atau pemain sepak bola yang kadang meledak-ledak dan sulit ditebak.
Sebaliknya, perhatian yang ditunjukkan Persib menjadi bentuk tanggung jawab terhadap pendukung. Walau sang pelaku yang diduga salah satu fans klub lari menghindar, Persib justru datang mempertanggungjawabkan. Mereka menunjukkan diri bahwa Ridho bukan menjadi tanggung jawab sang pelaku semata. Ridho adalah juga tanggung jawab mereka. Ridho adalah bagian dari mereka. Ridho adalah Persib Bandung.