Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tommy Sugiarto, All England dan Mental yang Membelenggu

2 Maret 2016   14:38 Diperbarui: 2 Maret 2016   15:42 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sektor tunggal putri, Indonesia menaruh harapan pada Lindaweni Fanetri. Setelah Maria Febe Kusumastuti kalah di babak pertama dari tunggal Thailand, Busanan Ongbumrungphan, Lindaweni diharapkan bisa melangkah lebih jauh. Setidaknya hingga mencapai target delapan besar.

"Linda kalau kondisi oke paling nggak bisa sampai delapan besar. Linda ditarget lolos perempat final. Ini untuk meningkatkan kepercayaan diri dia. Selain itu juga untuk mengamankan posisi ke Olimpiade. Kondisi Linda saat ini usai dari India mulai membaik," ungkap Edwin Iriawan, pelatih tunggal putri dikutip dari Badmintonindonesia.org. 

Pertanyaan, mengapa Lindaweni tak bisa ditargetkan juara? Bila sekadar menyebut target tentu bisa. Namun, sang pelatih bersikap realistis dengan kondisi terkini Lindaweni.

[caption caption="Lindaweni Fanetri (badmintonindonesia.org)"]

[/caption]

Yang dikatakan Edwin sekaligus menjadi representasi dari situasi umum yang sedang mendera sektor tunggal putri tanah air. Performa sektor ini jauh tertinggal dan terbelakang dibandingkan sektor lain. Tak ada tunggal putri kita yang menembus 10 besar atau 20 besar BWF.

Peringkat tertinggi tunggal putri Indonesia adalah Maria Febe di urutan 21 dunia. Sementara Lindaweni empat tingkat di belakangnya. Bellaetrix Manuputty? Jangan tanya lagi, Bella sudah terlempar dari 50 besar dunia lantaran cedera tak kunjung membaik. Bella pun terancam terdepak dari Pelatnas Cipayung bila kondisinya tak membaik dalam enam bulan ke depan.

Pertanyaan mendasar, mengapa sektor putri bisa sedemikian tragis? Saya teringkat ‘curhat’ pelatih tunggal putri, Edwin Irawan saat memberikan evaluasi usai Kualifikasi Piala Uber 2016 di Pelatnas Cipayung beberapa waktu lalu.

Menurut Edwin, kualitas para pemain putri Indonesia sejatinya tak kalah dibandingkan para atlet mancanegara. Namun, jumlah bibit petenis putri yang sudah sedikit semakin diperparah dengan mental bertanding yang melempem. Alhasil kumpulan minoritas ini semakin inferior, baik dari segi penampilan maupun persaingan prestasi. 

“Secara kualitas teknik pemain kita tak kalah. Namun saat masuk lapangan semuanya tertunduk liat ke lantai,”kira-kira demikian ungkap Edwin untuk mengatakan adanya mentalitas ‘kalah’ sebelum bertanding.

Bila dibandingkan negara-negara Eropa seperti Spanyol, tradisi dan sejarah prestasi pemain putri kita jauh lebih baik. Namun, mengapa Carolina Marin mampu mengatasi rasa rendah diri sebagai wakil dari negara yang tak memiliki nama dan tradisi dan kini bertengger di peringkat satu dunia?

[caption caption="Carolina Marin (gambar INDOSPORT.com)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun