Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Umberto Eco, Novelis ‘The Name of The Rose’ Tutup Usia

20 Februari 2016   15:48 Diperbarui: 20 Februari 2016   16:23 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Umberto Eco (gambar BBC.com)"][/caption]

Dunia sastra dan ilmu pengetahuan dunia berduka. Sastrawan dan filsuf kondang Italia, Umberto Eco baru saja tutup usia. Ya, tokoh yang dikenal lewat master peace-nya Il nome della rose  atau yang dialihbahasakan oleh William Weaver sebagai The Name of The Rose (TNOTR) menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan kanker di titik 84 tahun pada Jumat (19/02/2016) malam.

Kepergian salah satu sastrawan yang paling dihormati di dunia ini, meninggalkan kesan mendalam di hati banyak orang.

"Dia adalah contoh yang luar biasa dari intelektual Eropa, kecerdasan tunggal dengan kemampuan tak kenal lelah untuk mengantisipasi masa depan," ungkap Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, kepada salah satu media lokal seperti dikutip dari The Guardian.

Di mata Renzi pria kelahiran 1932 itu memiliki bobot pikiran yang unggul yang dituangkan dalam tulisan dan suaranya yang menyapu banyak bidang.

"Ini kerugian besar bagi budaya, yang akan kehilangan tulisannya dan suaranya, pikiran yang tajam dan jelas dan kemanusiaannya,"lanjut Renzi.

Filsuf

Bila kita bertanya kepada Eco terkait predikat yang dikehendakinya, maka ia tak akan mengakui dirinya sebagai sastrawan. Novel TNOTR adalah mahakarya yang memasyurkan namanya di jagad sastra meski banyak karya lahir dari kedalaman refleksi dan wawasan yang luas terutama tentang abad pertengahan selama lebih dari 20 tahun sebelum novel TNOT lahir pada 1980.

"Saya seorang filsuf; Saya menulis novel hanya pada akhir pekan,"jawabnya tegas untuk mengatakan bahwa menulis novel itu merupakan pekerjaan paruh waktu.

Jawaban Eco itu menyuratkan secara jelas bahwa ia tak ingin mengaburkan apalagi menghilangkan dunia yang lebih intens digelutinya, meski dunia sastra boleh dikata telah melekat dalam dirinya bahkan sebelum ia masyur sebagai seorang pemikir dan intelektual. Jejak langkah pria kelahiran Alessandria, Italia Utara, pada 5 Januari itu membuktikannya.

Terlahir dari pasangan Giulio, seorang akuntan dan Giovanna, Eco mulai berkenalan dengan filsafat sejak mendapat pendidikan Salesian. Enggan mengikuti keinginan sang ayah untuk menjadi seorang pengacara, Eco menelikung ke Universitas Turin belajar filsafat abad pertengahan dan kesusastraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun