[caption caption="Philo Paz Patric Armand (gambar INDOSPORT.com)"][/caption]Belum tuntas wacana seputar kepastian nasib Rio Haryanto tampil di ajang Formula One (F1) bersama Tim Manor Marussia, langkah maju sudah ditorehkan Philo Paz Patric Armand. Bila kepastian Rio membela tim asal Inggris itu baru diumumkan pada Selasa, (16/02)-meski Menpora sudah hakulyakin Rio akan membela Manor-Philo sudah dipastikan tampil di ajang yang sebelumnya diikuti Rio. Ya, pembalap 19 tahun ini siap unjuk gigi di ajang GP2 Series Championship, satu tingkat di bawah F1, musim 2016.
Naik tingkat dari Formula Renault 3.5 Series, pembalap keturunan Maluku itu sudah mencapat kata sepakat dengan Trident Motorsport, Tim asal Italia untuk beraksi di lintasan GP2.
“Trident dengan bangga mengumumkan perjanjian dengan pembalap muda Indonesia Phila Paz Armand untuk musim 2016,”ungkap pihak Trident di situs resmi mereka seperti dikutip dari INDOSPORT.com.
Pembalap kelahiran Jakarta, 12 Maret itu mengisi slot terakhir pembalap Trident, mendampingi runner up GP3 tahun sebelumnya, Luca Ghiotto.
“Kami sangat senang untuk mengawali kerja sama dengan Philo dan kami percaya ia akan menunjukkan semua kemampuannya untuk membantu tim,”ungkap Manajer Tim Giacomo Ricci.
[caption caption="Philo Paz Patric Armand (gambar INDOSPORT.com)"]
Bareng Sean
Indonesia masih memiliki satu pembalap muda lainnya di ajang GP2 musim ini yakni Muhamad Sean Ricardo Gelael. Berbeda dengan Philo, Sean akan tampil bersama Campos Racing, tim yang dibela Rio Haryanto tahun lalu, dan berduet dengan pembalap Selandia Baru Mitch Evans.
Sean yang merupakan putra mantan pembalap senior Indonesia, Ricardo Gelael mengawali karirnya di ajang balapan sejak 2005. Pembalap 19 tahun itu lebih dulu mengakrabkan diri dengan gokart dan tampil di tingkat nasional hingga internasional. Sean juga sudah merasakan tunggangan jet darat di ajang GP2 Series bersama tim Carlin Motorsport.
Di awal tahun ini Sean Gelael bersama tim Jagonya Ayam with Eurasia memenangi seri terakhir Asian Le Mans Series 2016 di Sirkuit Sepang, Malaysia.
Sementara karir Philo selanjutnya ditenun di ajang Formula Renalut 2.0, tampil penuh bersama Tech 1 Racing di musim 2014. Mengakhiri kejuaraan tersebut di posisi ke-18, Philo kemudian menjajal Eurocup Formula Renault 2.0 bersama tim yang sama sebanyak dua putaran.
Musim lalu, Ia memberanikan diri tampil di Formula Renault 3.5 Series, berpasangan dengan Roberto Merhi di tim Pons Racing.
Langkah Philo ke ajang GP2 sudah lebih dulu dipersiapkan dengan mengikuti tes resmi GP2 di Abu Dhabi bersama Tim Status pada awal tahun ini. Namun pertimbangan jarak, membuat Philo akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Trident. Selain lebih dekat dengan rumahnya di Italia, pamor Trident di atas Status.
“Hanya beda kota, tetapi bisa ditempuh kira-kira 1,5 jam dengan mobil,”tutur Philo menerangkan jarak rumahnya dengan markas Trident seperti dikutip dari Liputan 6.com.
Bersama Sean, Philo akan akan melakoni 11 seri secara penuh musim ini, sembilan seri di Eropa dan sisanya di Malaysia dan Uni Emirat Arab. Seri pertama akan digelar di Barcelona, Spanyol pada 15 Mei.
[caption caption="Sean juara di seri terakhir Asian Le Mans Series 2016 (Gambar Kompas.com)"]
Ancang-ancang
Selain Philo, Sean dan Rio Haryanto, Indonesia pernah memiliki deretan pembalap yang berkarir hingga ke jenjang internasional antara lain Ananda Mikola, Moreno Soeptrapto, Satrio Hermanto, Zahir Ali dan Alexandra Asmasoebrata. Namun dari antara mereka baru Rio yang mampu menembus ke F1. Sementara peluang Sean dan Philo untuk naik level terbuka lebar mengingat potensi dan usia keduanya yang masih sangat muda.
Sambil menaruh harapan pada Philo dan Sean, perjuangan Rio Haryanto untuk tampil di ajang F1 sekiranya menjadi pelajaran penting bagi mereka. Dari Rio di antaranya kita belajar bahwa balapan di ajang F1 menuntut berbagai persiapan matang baik dari segi teknis maupun non teknis, terutama ikhwal finansial.
Dengan tanpa meragukan kualitas dan kemampuan para pembalap, urusan fulus harus benar-benar dipersiapkan sedari dini. Di ajang F1, skill tak menjadi jaminan. Modal skill akan menjadi mulus bila ada fulus.
Dengan demikian, kita berharap agar Sean dan Philo sudah mulai pasang ancang-ancang menyiapkan segala sesuatu yang penting sebagai syarat naik kelas. Bila seandainya keduanya mampu menangani urusan ini, setidaknya kasus Rio menjadi pelajaran berharga bagi bibit-bibit muda yang niscaya bakal lahir dari rahim ibu pertiwi.
Pemerintah dan pihak terkait sekiranya sudah mulai menyiapkan jalan bagi lahirnya duta bangsa di dunia balap umumnya dan hingga ke ajang jet darat khususnya, tidak hanya dengan sentuhan verbal dan simpati dadakan tetapi lebih dari itu melalui strategi dan pendekatan yg komprehensif dan berkelanjutan.
Sehingga masalah yang mendera Rio lebih dari cukup untuk menyadarkan kita bahwa Indonesia juga bisa menunjukkan wajahnya di arena balap dengan kepala tegak sehingga setiap duta bangsa siapapun dia adalah aset berharga yang patut didukung habis-habisan dan dihargai selayak-layaknya.
Selamat berjuang Philo dan Sean…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H