Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi, Murtaza dan Idola yang Menggugat

4 Februari 2016   15:43 Diperbarui: 4 Februari 2016   17:16 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Murtaza Ahmadi (dailymail.co.uk)"][/caption]Namanya Murtaza Ahmadi. Usia baru menginjak lima tahun. Tak seperti anak-anak kebanyakan yang hidup tentram dengan serba kelimpahan, bocah ini meniti hari dalam kubangan kemiskinan di tengah himpitan perang berkepanjangan.  Nun di pelosok Ghazni, dekat Kabul, ibu kota Afghanistan, Murtaza berada.

Murtaza secepat kilat menjadi viral setelah deretan foto yang menggugah beredar di jagat maya. Perkembangan teknologi komunikasi yang menggila, membuat Murtaza segera mencapai ketenaran yang tak disangka-sangka sebelumnya. Bagaimana bisa, bocah dekil dari sebuah daerah terpencil dengan segala keterbatasan, mampu menggapai popularitas yang melampui anak-anak kebanyakan, termasuk menggusur anak-anak seumuran yang kini sedang asyik masuk dengan smartphone terbaru dan tercanggih sekalipun.

Murtaza tak punya apa-apa. Ia tak bisa mengandalkan potongan tubuh dekilnya. Pun kemiskinannya sekalipun. Tak terhitung berapa banyak anak di dunia yang bernasib sama sepertinya, bahkan jauh lebih miris. Kemiskinan dan kemelaratan sudah hampir lumrah. Jamak, bertebaran di mana-mana, dengan daya menggugat yang kian melemah, dan sama sekali tak ‘seksi’ dan ‘laris’ untuk dijual.

Bukan pada negara, bukan pada para pemimpin, Murtaza hanya punya rasa pada seorang bintang sepakbola yang hidup jauh beribu-ribu kilometer dari tempat diamnya. Pada sosok yang disaksikan hanya sepintas lalu namun aksinya begitu membekas, bernama Lionel Messi.

Cinta pada pandangan pertama serba terbatas itu menggugah Murtaza untuk berbuat lebih sebagai ekspres puja-puji pada sosok yang ketenaran, kekayaan, kemampuan dan nama besarnya jauh melebihi apa yang bisa ditangkap anak lima tahun.

Bisa dipastikan, dalam pikirannya, Murtaza tak khatam berapa banyak gol yang sudah Messi cetak, berapa banyak rekor yang sudah dipecahkan, berapa besar pemasukan yang terkumpul, yang gampang saja berubah-ubah dalam hitungan bulan bahkan minggu. Jangankan Murtaza, kita yang memiliki serbaneka akses pun sampai tak percaya melihat rekor demi rekor yang Messi ukir, belum lagi pemasukan yang mengalir terus ke kantung pribadinya seperti rombongan semut yang tiba-tiba saja datang mengerubungi ‘gula’ istimewa yang dijuluki Sang Messih itu.

Yang Murtaza tahu hanya Messi. Ya, Messi. Bukan Messi yang pemain Barcelona itu, tetapi Messi yang merupakan pemilik nomor 10 di timnas Argentina. Dengan bantuan sang kakak Homayoun, bermodalkan kantong kresek berpola garis-garis putih dan biru yang dibuang tetangga plus sebatang spidol biru, Murtaza menunjukkan bahwa dalam serba keterbatasannya ia adalah pemuja Messi.

Ayah Murtaza, hanyalah seorang petani miskin, tak sanggup membelikan jersey replika buat sang anak. Lagi pula bagi Murtaza tampaknya jauh lebih berharga membeli sesuatu yang perlu untuk menyambung hidup ketimbang membeli replika yang entah di mana mendapatkannya.

[caption caption="Dailymail.co.uk"]

[/caption]

Belum lagi dengan replika itu Murtaza tak bisa berbuat apa-apa. Lapangan sepakbola  di Afganistan sebagian besar sudah menjadi arena eksekusi, dan ladang mutilasi. Di bawah rezim Taliban olahraga itu tabu, sekalipun sepak bola dan kriket sudah mendarah daging.

Ada rasa puas setelah memiliki jersey alakadar. Dengan bangga jari kanannya menunjuk nomor punggung sang pujaan, meski yang dikenakannya tak lebih dari kantong kresek bekas yang kedua ujungnya diikat agar menyatu seperti baju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun