Salah satu perbedaan mencolok dibandingkan Piala Presiden sebelumnya adalah sportifitas para pemain dan tim. Meski tak bisa dijadikan tolak ukur utama dan jaminan pasti, Â namun tak bisa dielak gelaran kali ini tak dinodai aksi tak terpuji seperti protes berlebihan yang berujung aksi Walk Out (WO).
Pada gelaran Piala Presiden, tim Surabaya United menodai semangat fair play dengan aksi WO di tengah laga babak 8 besar kontra Sriwijaya FC. Namun kali ini semua tim terlihat sportif dan menghargai setiap keputusan wasit.
Pertanyaan, apakah lebih karena rasa takut disanksi RP 1 Miliar? Terlepas dari hal ini, panitia tampaknya sudah lebih siap dalam menyiapkan sebuah turnamen. Kembali dipercaya menjadi operator, Mahaka belajar banyak dari ‘celah’ yang terlihat di Piala Presiden.
Meski pandangan tersebut sedikit naif dan terkesan meremehkan para pemain, namun patut diakui kali ini jalannya pertandingan jauh lebih lancar, kompetitif, dan sportif. Yang kalah bersikap legowo meski berstatus unggulan. Yang menang tak cepat berpuas diri walau tak dijagokan sebelumnya.
Ini menjadi bukti bahwa keberhasilan pertandingan ini berkat dukungan semua pihak. Meski masih memiliki kekurangan, panitia sudah bekerja maksimal, para pemain telah memberikan diri secara total, tim-tim telah memberikan yang terbaik dan para ofisial pertandingan telah menjalankan tugas sesuai amanah. Keberhasilan turnamen ini adalah keberhasilan kita bersama. Kemenangan Mitra Kukar patut kita rayakan bersama.
What Next?
Pertanyaan penting lanjutan, apakah sepakbola nasional hanya berhenti di sini saja? Setelah Piala Jenderal Sudirman apa lagi?
Pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu segera mengambil sikap dan kebijakan untuk mempertahankan semangat positif yang tengah bertumbuh agar jangan kembali padam dan berujung apatis.
Hemat saya, inilah momentum yang pas bagi PSSI dan Pemerintah untuk bergandeng tangan, melepaskan segala ego dan kepentingan primordial untuk menempatkan kembali kepentingan sepakbola nasional di atas segala-galanya. Jangan sampai konflik terus berlarut, insan sepakbola kembali resah dan dengan gelisah memilih jalan sendiri-sendiri.
Â
N.B: