Sementara Rudolf Yanto Basna menjadi bagian penting di sektor pertahanan Mitra Kukar. Pemain muda kelahiran Papua, 12 Juni 1995 ini bahu membahu dengan para pemain senior untuk meminimalisir gol ke gawang Shahar Ginanjar. Berkat keuletan dan kerja keras, jebolan diklat Ragunan yang pernah menimba ilmu di Uruguay ini diganjar predikat pemain terbaik. Ia menyisihkan sejumlah pemain senior seperti Christian Gonzalez, Risky Pellu, Jandia Eka Putra dan Nur Iskandar.
Patut diakui tampilnya para pemain muda ini tak lepas dari terobosan yang dilakukan penyelenggara yang mewajibkan setiap kontestan menurunkan minimal dua pemain U-21 di starting line up. Meski terobosan tersebut sempat menuai protes, namun ternyata membawa dampak positif dengan tampilnya banyak pemain muda potensial.
Namun patut disayangkan, panitia sedikit alpa memberikan apresiasi kepada pemain muda. Dengan menerapkan regulasi tambahan itu, setidaknya panita menyiapkan penghargaan untuk gelar pemain muda terbaik.
Antusias
Salah satu perkembangan positif ditunjukkan kelompok suporter. Selama gelaran Piala Jenderal Sudirman nyaris luput dari pantauan sikap tak sportif yang ditunjukkan para pendukung. Kecuali aksi tak terpuji yang terjadi jelang laga Arema Cronus dan Surabaya United di babak delapan besar yang menewaskan beberapa pendukung Aremania.
Terpisah dari insiden berdarah itu, Piala Sudirman menghadirkan atraksi menarik di pinggir lapangan. Kelompok-kelompok suporter berlomba-lomba memberikan sajian menarik untuk mendukung tim kesayangannya. Bahkan Mit Man (Mitra Mania) dan The Kmer’s rela datang jauh-jauh dari Tenggarong dan Padang untuk mendukung tim kesayangannya.
Tak ketinggalan rombongan Aremania turut hadir meski harus mendukung tim lain. Demikianpun kelompok suporter tuan rumah, The Jakmania dengan senang hati memenuhi undangan panitia untuk datang memberi semangat.
Memang patut diakui tingginya antusiasme kelompok suporter tak lepas dari stimulus yang diberikan panitia. Namun apa artinya hadiah Rp100 jika dibandingkan pengorbanan dan totalitas dukungan yang diberikan.
Hanya saja sedikit disesalkan ketidak hati-hatian panitia menjaga ‘rahasia’ sang pemenang membuat publik bertanya ragu: jangan sampai kehadiran Aremania di GBK hanya untuk mendapatkan hadiah. Pasalnya beberapa jam sebelum kick off babak final beredar luas di jejaring sosial plakat dengan nama jelas yang pemenang.
Namun di atas segalanya, hemat saya, semua kelompok suporter patut mendapat apresiasi. Kita semualah pemenang sesungguhnya.
Sportif