[caption caption="Messi dengan trofi Ballon d'Or kelima (gambar:www.dailymail.co.uk)"][/caption]Publik akhirnya tahu siapa pesepakbola terbaik 2015. Meski sedikit banyak sudah memiliki bayangan sosok yang bakal menggondol trofi Ballon d’Or 2015, malam penganugerahan pemain terbaik dunia di markas besar FIFA, di Zurich, Swiss, Selasa (12/01/2016) dini hari WIB, menegaskan kedigdayaan Messi di atas panggung sepakbola dunia.
Kapten timnas Argentina mendapat dukungan terbanyak, 41,33 persen suara. Ia mengungguli rival terberat yang mendominasi gelar tersebut dua tahun terakhir, Cristiano Ronaldo (27,76 persen) serta meninggalkan finalis lainnya, rekan setim, Neymar Jr (7,86 persen).
Gelar ini merupakan yang kelima bagi Messi di sepanjang karirnya. Bila Ronaldo naik podium tertinggi dua tahun terakhir, Messi lebih dulu menyapu bersih bola emas sejak 2009 hingga 2012. Pencapaian La Pulga atau Si Kutu melampaui para seniman bola lainnya yang hanya berhenti dengan tiga bola emas yakni Marco van Basten (1988, 1989, dan 1992), Michel Platini (1983, 1984, dan 1985), dan Johan Cruyff (1971, 1973, dan 1974).
Koleksi bola emas Messi jauh lebih banyak dari Zinedne Zidane, Ronaldinho dan Luis Figo yang hanya kebagian satu gelar. Bahkan Messi membuat para pemain sekaliber David Beckham, Raul Gonzalez, Alesando del Piero, Gianluigi Buffon dan Xavi Hernandez seperti tak berarti karena tak pernah merasakan bola emas tersebut.
Namun apakah bola emas ini menjadi satu-satunya tolak ukur keberhasilan seorang pemain?
Kerja
Sebelum gala Ballon d’Or, Messi tak hanya mengungkapkan rasa senangnya bisa menjadi finalis, apalagi favorit. Pemain 28 tahun ini secara tersirat mengatakan bahwa Ballon d’Or bukan segalanya. Baginya, siapa yang terpilih, entah dia atau yang lainnya, sama saja.
“Saya di sini untuk mencoba dan menikmatinya. Jika saya atau yang lain memenangkannya, itu sama,”ungkapnya seperti dikutip dari Football ESPANA.
Messi mengaku yang terpenting baginya adalah terus bekerja menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia tahu bahwa kerja keras itulah yang membuat ia dan timnya mampu menggondol lima gelar dalam satu tahun kalender.
"Setiap tahun saya mencoba untuk melakukan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun lalu untungnya aku berhasil mengalahkan hampir semua dari mereka, kami memiliki tahun yang luar biasa,”lanjutnya.
Pada titik ini, Messi hendak mengatakan bahwa Ballon d’Or hanyalah bonus untuk kerja kerasnya dan pencapaian tersebut juga merupakan kerja bersama. Bisakah kita bayangkan Messi tanpa Barcelona?
Patut diakui, lima gelar Ballon d’Or Messi tak bisa lepas dari Barcelona, rumah yang telah mendidik dan membesarkannya menjadi bintang. Justru karena Barcelona itulah Messi menjadi besar (bayangkan jika Messi hanya mengandalkan seragam timnas Argentina), meski Messi sendiri pun tak bisa diremehkan turut mengibarkan bendera raksasa Catalan itu dengan sumbangan 430 gol, memberi andil memenangkan tujuh gelar La Liga dan empat gelar Liga Champions.
Cela
Sebagai pesepakbola Messi bukan tanpa cela. Meski digelari El Messiah (Sang Mesiah atau Penyelamat), Ia juga manusia dengan darah dan daging, dengan cacat dan cela. Demikian pun dengan penganugerahan Ballon d’Or yang tak selalu objektif adanya.
Pengakuan Messi bahwa Ballon d’Or adalah bonus dan menitikberatkan pada kerja dan pencapaian tim maka tersingkap pula bahwa gelar tersebut sejatinya bukan milik para pencetak gol semata. Bukan rekor gol yang diukur, bukan pula torehan gol-gol indah yang dilhat. Tengok saja, berapa banyak penjaga gawang, atau pemain belakang yang diganjar Ballon d’Or?
Seperti penghargaan lainnya, pemberian gelar Ballon d’Or selalu disusul ketidakpuasan dan komentar miring. Namun komentar-komentar tersebut sedikit banyak membuka tabir kegemerlapan momen tersebut.
Sebagai contoh, Ballon d’Or 2013 meninggalkan kesan mendalam bagi Franck Ribery. Digadang-gadang sebagai calon terkuat, pria 32 tahun itu harus gigit jari karena gelar tersebut akhirnya jatuh ke tangan Ronaldo.
Ribery merasa pemberian gelar tersebut bernuansa politis dan tidak sesuai dengan salah satu tolak ukur yang kini menjadi pegangan:kesuksesan tim. Meski membawa Muenchen menggondol empat gelar juara, tokh akhirnya Ronaldolah yang terpilih.
"Ada banyak nuansa politik. Saya melihat bagaimana mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter memeluk Ronaldo bersama seluruh keluarganya yang berada di sana. Saya tidak bodoh. sudah jelas, dia harus memenanginya,” kenang Ribery.
Bahkan aroma ketidakkonsistenan itu sudah tercium jauh sebelum itu. Pada 2010 Inter Milan tampil gemilang, sukses mengamankan tiga gelar. Namun tak satu pun pemain Internazionale yang masuk nominasi. Striker Diego Milito dan gelandang Wesley Sneijder tampil moncer tapi apa daya gelar pemain terbaik dunia jadi milik Messi.
Itulah sekelumit cela di balik hingar bingar penghargaan Ballon d’Or. Namun poin penting bagi kita penikmat, terlebih dunia sepakbola dalam negeri yang tengah mati suri, seperti pengakuan Messi, Ballon d’Or hanyalah bonus, yang terutama adalah perjuangan dan kerja keras. Sepakbola memang seni mengolah bola, namun sepakbola juga adalah kerja mengolah bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H