[caption caption="Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (gambar:google)"][/caption]
Satu dari dua harapan Indonesia di final Denmark Open Super Series Premier gagal membawa gelar juara. Ganda campuran terbaik tanah air Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tak mampu mengatasi hadangan Ko Sung Hyun/Kim Ha Na asal Korea. Owi/Butet menyerah dari pasangan nomor tujuh dunia ini dengan skor 22-20, 18-21, dan 21-9, Minggu (18/10/15).
Owi/Butet ke final setelah mengalahkan pasangan Tiongkok, Liu Cheng/Bao Yixin, Tontowi/Liliyana dua game langsung 21-18 dan 21-16. Sementara itu Ko Sung Hyun/Kim Ha Na sukses mendepak wakil tuan rumah Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.
Keoknya unggulan utama sekaligus musuh bebuyutan Zhang Nan/Zhao Yunlei dari Tiongkok membuka kans bagi Owi/Butet untuk mengakhiri paceklik gelar sejak November tahun lalu. Namun ternyata harapan tersebut menguap karena Ko/Kim sukses menunjukkan diri sebagai penjegal.
Owi/Butet langsung tancap gas sejak awal. Ganda nomor dua dunia ini mampu memimpin hingga skor 6-1.Wakil Korea menunjukkan fighting spirit sehingga perlahan-lahan mampu mengejar ketertinggalan. Setelah interval selisih poin kedua pasanganbegitu tipis. Sempat unggul 12-10, Ko/Kim akhirnya mampu menyamakan poin 12-12.
Owi/Butet berhasil mengambil dua poin berikutnya. Meski terus memimpin, pasangan Korea pantang menyerah. Ko/Kim jatuh bangun menghadang serangan Owi/Butet dan hasilnya terlihat saat mereka mampu menyamakan poin 19-19.
Dua poin tersisa, wakil Korea berusaha balik menekan dan berhasil menginjak game poin. Sempat terjadi duel sengit pengembalian bola dari Kim Ha Na yang menyangkut di net membuat kedudukan imbang 20-20.
Dua poin krusial berhasil dihadapi Owi/Butet dengan tenang dan taktis. Ganda campuran terbaik Indonesia ini pun berhasil menutup game pertama.
Mengawali set kedua Owi/Butet meningkatkan tempo permainan. Hasilnya empat poin berhasil diperoleh. Bola tanggung yang disambar Butet di depan net keluar dari bidang permainan membuat pasangan Korea mampu menyamakan kedudukan, 4-4.
Permainan Owi/Butet mulai goyang. Pengembalian bola yang kurang tepat dan kesigapan pasangan Korea berbuah empat poin. Ko/Kim terus menyerang dan memimpin hingga mengakhiri interval dengan keunggulan lima poin.
Ko/Kim terus menambah perolehan poin dan menjaga jarak dari Owi/Butet. Pengembalian serve Owi yang terlalu lemah menjadi titik balik kebangkitan pasangan Indonesia. Sempat tertinggal 8-13, Owi Butet mampu menipiskan ketertinggalan menjadi 10-13.
Kekurangcermatan pengembalian bola Owi/butet sempat membuat Ko/Kim kembali menjauh lima poin. Smash-smash keras Owi begitu merepotkan Ko/Kim. Tiga poin berhasil diraih Owi/Butet untuk membuat skor imbang 15-15.
Perolehan poin berlangsung ketat. Sempat 16-16, pengembalian bola Owi yang melebar menjadi titik awal lajunya poin Ko/Kim. Tiga poin berhasil diperoleh Ko/Kim secara beruntun. Owi/Butet berhasil menambah dua poin sebelum wakil Korea menambah dua poin menyusul smash Owi yang jauh dari sasaran untuk mengakhiri game kedua dengan skor 21-18.
Owi/Butet mengawali game kurang meyakinkan. Kesalahan demi kesalahan yang dibuat membuat wakil Korea mampu mengambil tujuh poin pertama.
Sempat bangkit merebut tiga poin, Owi/Butet kembali tenggelam dalam kesalahan yang sama hingga menutup interval dengan skor 11-4. Jeda sama sekali tak berarti banyak bagi Owi/Butet. Keduanya belum juga move on dari kesalahn tak perlu.
Ko/Kim bahkan mampu unggul 10 poin dalam kedudukan 17-7 sebelum. Sempat mencuri satu poin, Ko/Kim makin percaya diri dan mengakhiri set ketiga dengan skor 21-9.
Indonesia masih berpeluang membawa satu gelar dari sektor tunggal putra melalui Tommy Sugiarto yang menantang unggulan teratas asal Tiongkok Chen Long.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H