Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Diguncang ‘Heavy Metal Football’, Liverpool Bakal Bangkit?

7 Oktober 2015   10:45 Diperbarui: 7 Oktober 2015   19:38 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar: dailymail.com"][/caption]I always want it loud!. I want to have this 'booooom! (Jurgen Klopp)

Dalam hitungan hari Jurgen Norbert Klopp akan dimaklumkan sebagai pelatih baru Liverpool. Desas desus bahkan sejumlah reportase meyakinkan mengunggulkan eks pelatih Borussia Dortmund itu ketimbang mantan pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti sebagai suksesor Brendan Rodgers. Bahkan ada pemberitaan, Klopp akan diumumkan sebagai juru taktik anyar The Reds sebelum akhir pekan ini.

Entah apa yang menjadi pertimbangan manajemen Si Merah Fenway Sports Group (FSG) lebih memilih Klopp ketimbang Ancelotti atau sejumlah nama lainnya. Koleksi gelar Klopp tak lebih banyak dari Ancelotti. Klopp hanya berjaya di pentas Bundesliga bersama Die Borrusien dan cuma merasakan partai final Liga Champions dua tahun lalu. Sementara Ancelotti sudah tiga kali merengkuh gelar Liga Champions dan memenangkan gelar liga di tiga negara berbeda.

Namun koleksi gelar bukan garansi tingkat keterpilihan seorang pelatih. Tingkat kebutuhan, situasi, tuntutan dan aneka pertimbangan kualitatif di setiap klub berbeda-beda sehingga tak selalu bisa dijawab oleh satu pelatih dengan gaya dan ciri khas tunggal.

Pertimbangan di atas bukan bermaksud membenarkan kehadiran Klopp di Anfield. Namun hanya untuk mengatakan bahwa gelar bukan faktor utama penunjukkan seorang pelatih. Ada beragam faktor dan pertimbangan. Tokh Klopp juga belum tentu menjadi sosok yang tepat untuk menjawab segala kebutuhan Liverpool.

Jaga api

Dibandingkan Ancelotti (56) usia Klopp sedikit lebih muda, 48 tahun. Ada yang menilai Liverpool butuh darah segar untuk membangkitkan klub yang sedang terpuruk. Namun usia juga tak jadi garansi, mengingat tiga tahun lalu, Rodgers bersaing dengan  Roberto Martinez dan Andre Villas-Boas yang juga muda dari segi usia dan karir kepelatihan untuk menggantikan Kenny Dalglish. Hasilnya? Setelah tiga musim Rodgers didepak dengan tanpa meninggalkan kenangan satu gelar pun.

Pertimbangan lain, Klopp dianggap mampu membangun tim dari titik nol, sanggup memaksimalkan potensi para pemain muda dan jitu meracik gaya counterattack mematikan. Pengalaman membangun Dortmund dari keterpurukan finansial dan prestasi, dan mengorbit sejumlah pemain yang kini menjadi bintang menjadi bukti.

Sementara Anceloti dianggap sebagai ‘negarawan tua’ yang memiliki spesialisasi mengambil alih tim yang telah jadi, khas dengan gaya penguasaan bola dan menjaga relasi harmonis dengan para pemain dan memberi ruang kepada para bintang untuk semakin bersinar. Tak heran pria yang akrab disapa Don Carlo ini dinilai sebagai manajer yang sangat dihormati. Saat ia didepak dari Madrid, simpati mengalir dari para pemain, bahkan Cristiano Ronaldo sampai marah besar.

Heavy metal

Banyak yang menilai Klopp memiliki gaya tersendiri. Istilah keren, heavy metal football. Seperti musik metal yang ‘keras’ dan menghentak-hentak, Klopp tak menginginkan ketenangan di lapangan. 

Ia ingin para pemain bermain sigap dan cepat, penuh emosi dan tetap menikmati kegembiraan seperti ketukan cepat pada musik metal, dengan raungan melodi yang panjang namun memberi kesan seakan pendengar tak kehabisan energi.

“I always want it loud!. I want to have this 'booooom!' I like fighting football, not serenity football. What we call in German 'English'. Rainy day, heavy pitch, everybody dirty in the face and goes home and can't play football for the next four weeks,”ungkap Klopp.

Meski ‘keras’, Klopp tetap memberi ruang untuk berkreasi. Taktik tak pernah baku apalagi kaku. Klopp bukan Pep Guardiola, apalagi Jose Mourinho. Klopp inginkan kecepatan tetapi juga membuka ruang bagi fleksibilitas.

Term gegenpressing atau counter-pressing menjadi andalan Klopp. Artinya, setelah tim kehilangan bola, mereka akan merongrong lawan untuk segera mendapatkan bola. Jika belum juga berhasil, maka format permainan lawan menjadi sasaran. Lawan akan dipancing untuk  keluar dari bentuk permainanannya sehingga ada ruang terbuka untuk memukul balik melalui serangan balik cepat.

Meski demikian Klopp bukan anti gaya ofensif. Justru Klopp membuka ruang untuk menekan lawan dari segala lini. Setiap pemain berpeluang mencetak gol dan gol-gol yang tercipta merupakan hasil dari kerja bersama. Tercatat 469 gol Dortmund yang tercipta di masa kepemimpinan Klopp, hanya 39 yang berasal dari hukuman pelanggaran atau hasil eksekusi bola mati.

Gaya ini tentu membutuhkan lini tengah yang mumpuni dan mensyaratkan komunikasi dan pemahaman antarlini jika tak ingin menjadi bumerang. Kecepatan dan kebugaran pemain menjadi syarat mutlak yang tak bisa ditawar-tawar.

Siap mengguncang

Pertanyaan penting pun muncul: apakah Klopp mampu menjawab kebutuhan Liverpool? Singkatnya heavy metal football cocok bagi The Reds?

Tak elok menjawab jika belum melihat hasil. Terkadang analisis dan prediksi tak sejalan dengan hasil di lapangan. Namun bila benar-benar terpilih menangani Jordan Henderson dan kolega maka Klopp akan berhadapan dengan tugas berat. Mengembalikan taji Si Merah dengan segenap persoalan yang ada.

Kompetisi Liga Primer Inggris yang amat padat menuntut Klopp untuk benar-benar arif memaksimalkan kemampuan pemain dan tak bisa begitu saja ‘membuang’ pemain seperti yang dilakukan bersama Dortmund sekalipun dirayu dengan mahar fantastis.

Kepercayaan manajemen di setiap bursa transfer harus dipakai untuk memilih amunisi secara tepat untuk disandingkan dengan para pemain berbakat yang sudah ada.

Namun Liverpool bukan semata-mata sebuah klub dan The Reds adalah urusan pelatih-pemain-manajemen . Ada sejarah panjang yang merentang dengan nama besar dan  kesetiaan pendukung. Ada lingkungan dan kebudayaan khas yang telah mendarah daging di Anfield.

Liverpool butuh sosok yang tak hanya mampu membangkitkan prestasi, tetapi juga menjaga api gairah pendukung dan membangun ikatan dengan sejarah dan budaya di barat laut Inggris itu.

Melihat bagaimana caranya bergaul dengan para pemain dan fans Dortmund-yang memiliki latar belakang sosial ekonomi yang tak jauh beda dengan Liverpool-sepertinya Klopp klop untuk Liverpool. Klopp siap untuk mengguncang Anfield dan penghibur Kopite, Liverpudlian, The Urchins atau The Anfieldgank dengan alunan heavy metal football yang penuh gairah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun