Sebagai seorang manusia rupanya ia merasa bahwa dengan menjadi imam dan mempertahankan status quo di atas derita umat papa, sebagian dari diri kemanusiaannya yang berpegang pada bela rasa mengatasi jabatan tersayat-sayat. Karena tak tertahankan lagi menaggung nyeri di hati kemanusiaannya itu, iapun mengambil langkah konkret sebagai bentuk penyembuhan terhadapa luka yang dirasa kian membesar. Pilihan bebas yang diambil itulah yang akhirnya menuntun sang ex-clerus untuk mendatangkan gandum dan anggur ke bumi Lembata. Sebuah usaha yang memukau dan menantang. Dengan tumbuhnya gandum dan anggur di atas tanah Lembata berarti dia menjadi orang pertama yang menuai kekaguman karena usahanya menyulap tanah Lembata menjadi lahan tumbuhnya dua jenis tanaman yang masih asing di mata masyarakat setempat.
Namun demikian, tantangan terberat ada pada dirinya. Apakah ia sanggup membalikkan pola hidupnya dari seorang pelayan Tuhan yang saban hari dililiti kemudahan dan sebagai seorang pria yang teguh menjaga penampilan tubuh menjadi seorang pekerja kasar yang menghabiskan hari-hari hidupnya di bawah sengatan mentari musim panas dan bergaul dengan topografi Udak yang mengancam penampilan fisiknya?
Semua pesimisme yang tidak hanya bersuara dari balik hati kecilnya tetapi juga dari tatapan penuh keraguan mata masyarakat akhirnya terjawab tuntas. Tekad dan niatnya terlampau membaja dan tidak sanggup ditaklukkan dengan aneka keraguan. Di Udak, di lahan percontohan itu, Pedro menjelma menjadi seorang pekerja keras. Di tempat itulah makna panggilannya sebagai murid Kristus diperkukuh dengan aksi matiraga, berkorban dan berjuang demi kepentingan masyarakat. Dengan demikian iapun mengalami nasib sebagaimana Kristus yang berjuang mati-matian demi keselamatan umat manusia dan terus menerus dirong-rong oleh pihak-pihak yang merasa terancam oleh kehadiran-Nya. Di Udak nyawanya hampir menjadi taruhan bagi banyak orang Lembata.
Lolos dari maut, dari peristiwa pembakaran gubuknya oleh sekelompok orang yang merasa tidak puas dengan aksi kontroversialnya, Pedro semakin giat dengan opsi keberpihakan kepada rakyat banyak. Setelah berhasil dengan proyek anggur dan gandum bersama Ola yang “kembali pulang” selepas petualangannya mencari kepuasan hidup, hidupnya pun diabdikan secara total demi kesejahteraan rakyat. Ujung dari perjuangan sang mantan pastor yang tetap memilih jalan selibater yakni dengan berkembangnya kehidupan ekonomi masyarakat Lembata. Di tengah situasi ekonomi masyarakat yang kian menanjak, segala rintangan alam tidak lagi dirasakan sebagai pembawa kesengsaraan melainkan sebagai pengukuh akan kemajuan yang telah diraih yang dengan mudah mengatasi setiap bentuk kemelaratan.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H