Kala rembang petang datang
Langkah malas setengah bimbang
Menyusuri lorong waktu
sepi
Tak tentu
“kemana kelanaku tuju?”
Terusik bara darah di dada
Mengalir-melebur, membara-bergelombang-gelombang
Di sana bayu bercumbu semesta
mesra
Bercak-bercak darah menggumpal tanya,
“untukapa?”
Malam pun malam
Semua diam, bumi puas dibakar dendam
Manusia setengah neraka
Bergumam,
“Untuksiapa?”
***
Seorang anak masih hijau
Baru saja tumbuh dari pohon kehidupan
Meratapi ibunya, uzur
“kenapa kau keluarkan aku dari gua garba
Kalau aku hanya kau jadikan mainanmu?”
***
N.B: untaian puisi ini dipindahkan dari blog pribadi penulis...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H