Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola

Stones Buat Mourinho Terjepit dan Martial Tak Jadi Gila

13 September 2015   08:33 Diperbarui: 13 September 2015   10:32 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="MU vs Liverpool di Pekan Kelima EPL"]

[/caption]

Dua pemain muda, John Stones dan Anthony Martial patut disebut di pekan kelima Liga Primer Inggris. Keduanya sukses membuktikan kualitas, menunjukkan diri layak dihargai mahal dan lebih dari itu membuat posisi lawan terjepit.

Stones tampil meyakinkan mengawal lini belakang Everton saat timnya mempermalukan Chelsea, 3-1. Sementara Martial sukses dalam debutnya bersama Manchester United. Rekrutan anyar Setan Merah ini membuat senyum Louis van Gaal mengembang seakan menyaput hujan kritik sambil memaklumkan bahwa timnya masih yang terbaik dalam battle of reds kontra Liverpool.

Mourinho terancam

Stones, setidaknya mampu membuat manajer The Toffees, Roberto Martinez cukup nyaman duduk di kursi pelatih, tak terlalu risau apalagi galau meski ada Diego Costa di lini depan sang juara bertahan.

Buktinya pemain 21 tahun ini mampu menggagalkan peluang emas Costa di awal laga. Pergerakan dan takcle yang luar biasa membuat publik Goodison Park bernafas lega. Tak hanya itu, sepanjang laga, pemain yang sempat diragukan kualitasnya, membuktikan diri sebagai pemain masa depan Inggris. Bahkan berpeluang menjadi lebih hebat dari seniornya di tim lawan, John Terry.

[caption caption="John Stones menghadang Diego Costa (dailymnail.com)"]

[/caption]

Dalam 90 menit pertandingan, Stones tampil konsisten. Tak hanya sigap di lini belakang, ia juga mampu merangsek hingga ke lini tengah. Pemain kelahiran 28 Mei ini membuat para pemain depan The Blues mati kutu. Secara statistik Sontes sukses melakukan dua kali tackle sempurna, sepasang clearances meyakinkan, dua kali blok dan dua kali intersep. Ia berhasil memenangkan beberapa duel udara, lebih meyakinkan dari bek Chelsea Kurt Zouma yang tampaknya masih  ‘malu-malu’ berduel dengan Romelu Lukaku.

Sementara Terry membuat publik Stamford Bridge kian patah arang. Kesuksesan di musim lalu tak otomatis menjadi ganjaran bagi mantan pemain timnas Inggris ini untuk kembali digdaya. Aroma era kejayaannya menuju kesudahan kian jelas tercium. Dua clearances dan satu kali intersep tak berarti banyak untuk menghindari gawangnya dikoyak-koyak tiga kali oleh Steven Naismith.

Tambahan tiga gol malam ini membuat Chelsea telah menjadi lumbung gol terbanyak dari kontestan lainnya. Gawang Asmir Begovic dan Thibaut Courtois kemasukan gol lebih banyak dari tim-tim promosi sekalipun. Gambaran jelas betapa rapuhnya Terry dan kolega saat ini.

Melihat penampilan Stones malam ini membuat kita akhirnya paham mengapa Mourinho begitu getol memburu dan Martinez kukuh mempertahankannya. Tarik ulur rencana transfer Stones begitu memanas di bursa transfer musim panas ini. The Blues rela menaikan tawaran hingga 30 juta poundsterling. Namun Martinez bergeming.

Stones hampir saja tergoda dengan tawaran menggiurkan di Stamford Bridges, tetap Martinez sigap mencegah. Tepat keputusan Martinez. Stones kini tak lagi menjadi bagian dari rencana masa depan Everton untuk mengincar empat besar di akhir musim. Ia memiliki potensi menjadi bagian dari masa depan timnas Inggris.

Tentu kegagalan mendatangkan Stones membuat hati Chelsea kian teriris-iris. Alunan hits The Beatles malam itu Money Can’t Buy Me Love membuat kekayaan Roman Abramovich seakan tak berarti. Rayuan maut Mourinho menguap tak tersisa.

Chelsea baru mengumpulkan empat poin. Start terburuk sejak musim 1995/1996.  Publik London Biru tengah menatap tajam ke arah Mourinho. Jika tak segera bangkit nasib pria Portugal ini kian terjepit. Pembuktian terdekat, laga kontra Maccabi Tel Aviv di fase grup Liga Champions. Bila hasilnya tak berubah, tampaknya waktunya Mourinho benar-benar telah berakhir.

Tak gila

Solo run dari sisi sayap, melewati tiga pemain belakang Liverpool dan menyudahi dengan sepakan terarah ke jala Simon Mignolet. Itulah yang dilakukan Anthony Martian di hadapan pendukung tuan rumah di Old Trafford malam lalu.

Gol tersebut  melengkapi kemenangan Setan Merah atas Liverpool. Lebih dari itu remaja 19 tahun ini menepis berbagai kritik terkait pembeliannya di ujung bursa transfer musim panas ini dari AS Monaco.

Publik luas pantas bersuara terkait gelontoran 36 juta poundsterling atau setara Rp776 milir untuk pemain muda yang hanya mencetak 11 gol dalam dua tahun karirnya di Ligue 1. Bahkan legenda Manchester Merah, Gary Neville menilai bahwa sepakbola benar-benar sudah gila. Logika dan perhitungan matematis tak lagi bermain, uang dan perjudian mendapat tempat utama.

Pada Battle of Reds pemain kelahiran 5 Desember ini mulai membuktikan ‘harga dirinya’ yang bisa membengkak menjadi 58 juta poundsterling atau Rp1,32 triliun rupiah bukan isapan jempol. Remaja satu anak ini mulai mengisyaratkan dirinya bisa menjadi investasi yang menjanjikkan di masa depan.

Namun musim masih panjang, ini baru laga perdana. Satu gol indah belum cukup. Mudah-mudahan ini bukan gol pertama dan terakhir.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun