Source Image: Kenny Eliason on UnsplashÂ
Pada era digital ini, banyak ilmu pengetahuan yang sedang berkembang. Kompleksitas ilmu pengetahuan dari tahun ke tahun kian meningkat. Maka, diperlukan generasi yang benar-benar matang dan sanggup menghadapi kerumitan ilmu pengetahuan di era modern ini. Pemerintah pun akhirnya mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah yang mengatur sekolah selama 8 jam sehari selama 5 hari atau biasa dikenal dengan Full Day School.
Full Day School diluncurkan guna mematangkan siswa guna mengejar arus pengetahuan yang semakin deras di zaman sekarang. Siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan berbagai warna-warni materi pembelajaran yang disediakan oleh guru. Tidak hanya mengajarkan teori, Full Day School juga mengajarkan praktik di lapangan dengan berbagai macam praktikum dan ekstrakurikuler. Siswa diwajibkan untuk mengikuti paling sedikit dua jenis ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler pertama sifatnya wajib dan harus diikuti oleh seluruh siswa, yakni Pramuka. Sedangkan ekstrakurikuler kedua merupakan pilihan siswa sendiri sesuai minat dan bakatnya.
Adanya kebijakan Full Day School didasarkan pada evaluasi metode sekolah dengan cara konvensional yang dirasa tidak dapat mengikuti derasnya arus pendidikan masa kini, sehingga tercetuslah konsep Full Day School untuk memaksimalkan siswa guna mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk mengoptimalkan siswa, Full Day School mewajibkan mereka mengikuti pembelajaran di sekolah selama delapan jam mulai dari pukul 07.00 hingga 15.00 dengan istirahat sebanyak empat kali selama lima belas menit. Secara otomatis, siswa akan menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Program ini memang baik untuk meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran. Namun, apakah dampaknya pada interaksi sosial peserta didik?
Dihabiskannya sebagian besar waktu di sekolah memang akan berdampak baik bagi interaksi siswa dengan teman-temannya, akan tetapi, bagaimanakah dengan interaksi sosial mereka di lingkungan keluarga dan masyarakat? Untuk mengetahui dampaknya, maka dilakukanlah penelitian dengan sampel sebanyak 30 siswa di SMA Negeri 1 Rembang. Lalu, bagaimanakah dampak Full Day School terhadap tiga lingkup interaksi siswa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan?
Dampak Terhadap Interaksi di Lingkungan Sekolah
Penelitian dilakukan dengan memberikan 12 pernyataan yang akan dijawab dengan lima skala, yakni sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. 12 pernyataan yang diberikan kepada siswa masing-masing terdiri atas 4 pernyataan mengenai interaksi mereka di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Selain itu siswa juga akan diberikan 1 pertanyaan uraian mengenai solusi mereka atas masalah interaksi sosial yang dialami.Â
Empat pernyataan mengenai interaksi di sekolah berkaitan dengan keakraban dan keterbukaan antarsiswa, intensitas komunikasi, intensitas interaksi, dan baiknya kerja sama. Sebagian besar siswa memberikan jawaban yang positif terhadap empat indikator tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Full Day School memang berdampak positif terhadap interaksi sosial siswa di sekolah.
Dampak Terhadap Interaksi di Lingkungan Keluarga
Selanjutnya, interaksi sosial di lingkungan keluarga. Empat pernyataan lain mengenai interaksi siswa di lingkungan keluarga terdiri atas empat indikator, yakni intensitas komunikasi, waktu luang bersama keluarga, intensitas berkumpul dengan keluarga, dan intensitas keluar kamar untuk berinteraksi dengan keluarga. Sebagian besar siswa memberikan jawaban negatif terhadap empat indikator tersebut.
Selain pemberian kuesioner, peneliti juga mewawancarai orang tua siswa. Ada 9 pertanyaan yang diajukan ke orang tua. Beberapa pertanyaan tersebut berkaitan dengan interaksi siswa di rumah, antaranya aktivitas siswa setelah pulang sekolah, intensitas komunikasi, intensitas berkumpul dengan keluarga, dan ketertutupan diri siswa. Serta 1 pertanyaan mengenai solusi dari orang tua atas masalah interaksi sosial yang dialami anak mereka.
Sebagian besar orang tua menceritakan jika akibat Full Day School siswa memiliki waktu yang lebih sedikit dengan orang tua dan jarang berinteraksi. Sebab, setelah pulang sekolah biasanya mereka beristirahat, dan sisa waktunya digunakan untuk mengerjakan tugas. Orang tua juga menceritakan waktu untuk berkomunikasi menjadi sangat minim dan tidak intens. Bahkan ada juga orang tua yang mengatakan jika anaknya menjadi lebih tertutup karena padatnya tugas yang diberikan.
Dampak Terhadap Interaksi di Lingkungan Masyarakat
Bukan hanya lingkungan keluarga saja, namun interaksi siswa di lingkungan masyarakat juga terdampak oleh Full Day School. Hal tersebut diketahui melalui wawancara dengan tetangga di lingkungan sekitar peserta didik. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan terkait intensitas komunikasi dengan tetangga, intensitas kunjungan, dan ketertutupan siswa. Dari wawancara tersebut, diperoleh hasil jika Full Day School membuat siswa jarang berkunjung ke rumah tetangga dan jarang berkomunikasi, akan tetapi masih menyapa saat bertemu.
Solusi dari Siswa dan Orang Tua
Satu pertanyaan uraian mengenai solusi atas masalah interaksi sosial akibat Full Day School yang diberikan peneliti pada siswa memperoleh beragam jawaban. Namun, kebanyakan dari mereka menjawab manajemen waktu, reduksi tugas, bahkan reduksi jam pelajaran.
Sedangkan solusi dari orang tua adalah dengan membuka komunikasi terlebih dahulu dengan sang anak. Solusi dari orang tua ini sangat cemerlang mengingat kebanyakan dari siswa biasanya diam saat belajar, sehingga ada yang harus membuka komunikasi terlebih dahulu.
Jika melihat hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan jika Full Day School berdampak secara nyata terhadap interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Full Day School berpengaruh positif terhadap interaksi sosial siswa di sekolah. Terbukti melalui meningkatnya kerja sama antarsiswa, bertambahnya keakraban, adanya keterbukaan, serta komunikasi yang intens di sekolah. Hal ini disebabkan sebagian besar waktu siswa dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman-temannya.
Berbeda dengan dampak positif terhadap interaksi di lingkungan sekolah, Full Day School justru menimbulkan dampak sebaliknya terhadap interaksi sosial siswa di lingkungan keluarga dan masyarakat. Full Day School justru mengurangi waktu interaksi siswa di lingkungan sekolah dan keluarga karena waktu di rumah dipakai untuk mengerjakan tugas dan belajar. Dibuktikan dengan jarangnya siswa keluar kamar, jarang berkumpul dengan keluarga, jarang keluar dari rumah, dan menurunnya intensitas komunikasi.
Maka perlu ditegaskan lagi, jika Full Day School memang memiliki dampak positif dalam mengembangkan kemampuan, potensi, dan interaksi siswa di sekolah. Akan tetapi, di sisi lain, Full Day School berdampak negatif terhadap interaksi sosial mereka di lingkungan keluarga dan masyarakat. Menghadapi masalah ini, siswa harus memiliki kemampuan manajemen waktu yang apik agar tetap bisa berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat di tengah kesibukan mereka. Orang tua juga harus aktif dalam dalam mengajak berkomunikasi dengan anak, agar komunikasi berjalan intens meski waktunya minim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H