[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="artikelunikasik.blogspot.com"][/caption]
Saya mau sedikit bercerita berdasarkan pengalaman saya yang baru putus cinta dengan kekasih saya. Ya istilahnya mau curcol dikit lah :D
Jadi begini, saya punya pacar, (*tepatnya sih mantan) usianya 5 tahun di atas saya, saya memilihnya waktu itu karena selain orangnya pinter juga keliatan dewasa banget jadi cocok deh buat saya yang childish ini. Saya belum begitu mengenalnya sih tapi entah kenapa meski baru 2 bulan kenal tapi saya sudah memberanikan diri untuk berkomitmen dengannya.
Dari perjalanan hubungan kami itulah saya baru "ngeh" ternyata ada banyak sekali wanita yang ada disekelilingnya, entah itu teman kerjanya, teman-temannya sampe mantan pacarnya wooowww!!!! Dan dia sendiri pun mengakui bahwa "dulunya" dia ini adalah seorang playboy tapi sekarang udah insaf karena udah pengen serius dengan satu wanita yaitu saya (katanya*).
Dan sayapun iseng bertanya kenapa kok dia mengatakan bahwa dirinya seorang playboy, jadi sebenernya playboy itu apa sih? kalo menurut pacar saya itu ya cowok yang suka selingkuh kemana-mana artinya punya pacar lebih dari satu pada waktu yang bersamaan. Dan sayapun cuma manggut -manggut aja.
Pada mulanya dengan polosnya saya pun menerima keinsafan dia dengan senang hati, secara katanya sayalah yang berhasil menyembuhkan sifat playboynya(*bangga). Namun setelah saya makin mengenalnya dan bergaul dengan beberapa temannya, dan kebetulan saya juga deket dengan sahabatnya saya baru tahu ternyata pacar saya ini belum sembuh total. Jadi ibaratnya dia masih "rawat jalan" lah (*emang penyakit yah?) karena beberapa wanita yang dia bilang "mantan" atau "teman" itu masih punya "status" dengan pacar saya ini. Bahkan saya ini bukan diduakan lagi lho tapi di"empatkan" atau di"lima"kan deh kalo gak salah hehehheeh, apes yah saya??
Awalnya saya sakit hati tentu, kok bisa-bisanya dia ngomong udah insaf tapi masih ajah kumat. Nah saya tahu dari mana? Tentu saya menggali berbagai informasi dan saya begitu "mudah" mendapatkan informasi mengenai pacar saya itu karena saya beruntung menjadi kekasih yang terselubung. Sebab dari awal pacaran gak mau di ekspos alias diem-dieman aja. Karena saya punya prinsip kecuali emang mau nikah saya mau go public, selama masih dalam tahap komitmen antara saya dan pacar saya gak mau ekspose. Bahkan temen yang mengenalkan dia ke sayapun gak tahu kalo saya pacaran sama dia. Ternyata "status" saya yang terselubung itu memudahkan saya "memantau" gerak geriknya (haduh kaya polisi ajah deh hahahaah) dan sayapun bebas bergerilya.
Kemudian makin saya kenal teman-temannya bahkan saya sempat "menginterogasi" secara halus sahabatnya, olala!!! Tuhan ampuni Baimmmmmm!!! ternyata sahabatnya itu ya pacarnya juga!!! Lebih gak sopannya lagi saya kembali menemukan, yang kata pacar saya adalah "mantan" ternyata masih berstatus pacarnya!! oh mai gaaaaaatt plisss heleeeepppp!!!!
Antara sebel marah dan jengkel sayapun dengan tidak sabar langsung menanyakan mengenai bukti-bukti yang saya dapatkan kepada pacar saya, ehh.. dianya malah marah-marah, gak mengakui dan mendiamkan saya satu minggu hahahaha (salah satu sifat tidak dewasa sih menurut saya *). Karena saya membeberkan bukti-bukti yang membuatnya tidak bisa berkutik dan meminta mengakhiri hubungan secara baik-baik.
Well, mungkin pacar saya ini mikirnya saya bego kali yah saya bisa percaya dengan semua kata-katanya. Emang iya sih awalnya saya kaya kena hipnotis sehari bisa telpon berkali-kali sms panjang lebar untuk memperhatikan mulai dari jam makan sampe istirahat. Belum lagi saya dengan setia menunggu dia yang (katanya) lagi sibuk ketemu klien atau alasan apa gitu . Kalo inget itu pengen nonjok mukanya deh saya aaarrgghhhh!!!
Namun begitu saya masih berhubungan baik dengan dia, meski awalnya waktu saya minta putus dia gak setuju dengan berbagai macam alasan dan rayuan pulau kelapanya. Aaiiihhh sayang banget, saya udah "cerdas" untuk menangkal jurus mautnya hihihihi. Saya masih bersyukur baru di awal saya udah tahu kelakuan buruknya, jadi cinta dan sayang saya belum begitu nancep di hati.