Santika (2022) menjelaskan bahwa mayoritas menyelesaikan masalah kesehatan mental mereka dengan cara beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan, dilansir dengan persentase 73%. Disamping itu, cara kedua yang dilakukan oleh mayoritas adalah dengan istirahat yang cukup dan tidur dengan nyenyak.
Tidak sedikit pula anak-anak yang tertutup pada orang tua sehingga mencari jalan sendiri untuk mengatasi hal tersebut. Beberapa faktor menyebabkan anak-anak tidak berani untuk terbuka kepada orang tua mereka. "Perilaku orang tua menjadi teladan bagi anak-anak mereka", kalimat berikut banyak beredar melalui media sosial, dan banyak anak-anak yang menentang hal tersebut.Â
Anak-anak mengungkapkan isi hati mereka melalui media sosial dan membeberkan perilaku "sebenarnya" dari orang tua mereka. Kekerasan menjadi hal yang sering ditemui dalam laporan kasus rumah tangga.Â
Kekerasan orang tua kepada anak dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi orang tua terhadap anak. Anak menjadi takut untuk terbuka kepada orang tua mereka karena respon kasar yang mereka dapatkan. Rasa takut akan dibanding-bandingkan, disalahkan atas segala hal yang terjadi dalam keluarga, dan tidak diapresiasi menjadi curhatan anak-anak melalui media sosial.Â
Terkadang orang tua mengambil keputusan yang salah dalam berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Semua manusia mengalami masalah dalam kehidupan mereka, baik orang tua ataupun anak.Â
Ketika anak mengalami masalah dan ingin menceritakannya kepada orang tua, seringkali kesalahpahaman sering terjadi dimana orang tua melontarkan kata-kata yang tidak baik kepada anak mereka karena sedang dalam suasana hati yang buruk dari aktivitas bekerja mereka.Â
Selain itu banyak hal lainnya yang tidak dapat dikatakan orang tua kepada anak-anak, seperti masalah ekonomi. Hal tersebut juga membuat orang tua tidak dapat terbuka kepada anak-anak dan jujur kepada mereka. Oleh karena itu anak-anak pun menganggap bahwa orang tua tidak peduli pada kesehatan psikologi dan mental mereka. Â Â
Muttaqin (2021) mendefinisikan beberapa pola komunikasi yang dapat dilihat pada anak dalam hubungannya bersama orang tua, yaitu sebagai berikut.Â
1. Pola Komunikasi AuthoritarianÂ
Pola komunikasi berikut menunjukkan bahwa orang tua memiliki kendali penuh terhadap anak-anak mereka. Orang tua yang menggunakan pola komunikasi berikut mengatur aktivitas anak secara berlebihan dalam kehidupan mereka. Anak-anak dituntut untuk menuruti segala keinginan orang tua mereka.Â
Hal berikut membuat anak merasa menjadi korban dalam hubungan keluarga. Anak tidak dapat melakukan apa yang menjadi keinginan diri mereka sendiri dan harus selalu menuruti kehendak orang tua. Orang tua yang menggunakan pola komunikasi ini sering disebut juga sebagai strict parents.Â