Mohon tunggu...
Charissa AdistyKusumanegari
Charissa AdistyKusumanegari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UTY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dukungan Pemerintah AS kepada Presidensi G20 Indonesia dan Dorongan Kolaborasi Kerjasama Ekonomi Bilateral dalam Perspektif Liberalisme

8 November 2022   17:25 Diperbarui: 16 November 2022   23:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Amerika Serikat dan Indonesia telah melakukan hubungan diplomatik antar dua negara selama 70 tahun. Hubungan diplomatik kedua negara ini dimulai sejak tanggal 28 Desember 1949 tepatnya setelah diangkatnya Presiden Ir.Soekarno menjadi presiden pertama Indonesia. Dukungan Pemerintah AS kepada Indonesia nampak terlihat beberapa tahun kemudian setelah pembacaan teks Proklamasi. Dukungan ini muncul karena kerasnya penentangan perang kecil kepada Belanda. Lalu intensitas kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat meningkat pada masa orde baru dengan adanya perjanjian mengenai penambangan emas yang dilakukan oleh PT. Freeport. Bahkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Amerika masih terselenggara hingga saat ini. Bahkan hubungan kerjasama Indonesia dan Amerika Serikat semakin kuat dan akrab jika dilihat dari beberapa kerjasama yang mereka lakukan.

            Belum lama ini, telah dilaksanakan pertemuan antara dua negara atau bilateral antara Airlangga Hartato Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Jake Sullivan Assistant to the President for National Security Affairs (APNSA) Amerika Serikat. Pertemuan tersebut dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2022 yang dilakukan secara langsung dan tatap muka di Amerika. Pertemuan bilateral tersebut tidak hanya dihadiri oleh Airlangga dan Jake Sullivan, tetapi juga Menteri Perindustrian, Duta Besar Republik Indonesia di Washington DC dan Deputi Kerjasama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian.

            Terdapat beberapa pembahasan yang dibahas saat pertemuan bilateral tersebut, seperti, dukungan Pemerintah Amerika Serikat kepada Presidensi G20 Indonesia, pendapat tentang pelaksanaan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) dan langkah yang akan ditempuh dalam Indo-Pacific Economic Framework (IPEF).

Presidensial G20 atau Group of Twenty adalah kelompok atau forum kerja sama ekonomi tingkat internasional dengan anggota-anggota negara yang memiliki perekonomian besar di dunia dengan jumlah anggota 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa. Dan salah satu anggota negara tersebut adalah Amerika Serikat. Indonesia menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan KTT G20 yang akan dilaksanakan di Bali pada tanggal 15-16 November 2022.

Diskusi kedua negara ini mendorong kolaborasi kerjasama ekonomi bilateral untuk kepentingan kedua negara dalam kolaborasi investasi dan pembangunan infrastruktur dalam kerangka PGII. Sesuai diberitahukan oleh Pemerintah AS pada bulan Juni tahun 2022, Amerika Serikat akan mengeluarkan modal yang tercapai nilai USD600 Miliar untuk diinvestasi dan membangun infrastruktur di beragam negara.

Bahkan kolaborasi kerjasama ekonomi bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat masih berlangsung sehari sebelum pelaksanaan G20 di Bali, Presiden Indonesia Jokowi dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden melaksanakan pertemuan bilateral tepatnya pada 14 November 2022. Pertemuan tersebut membahas tentang rencana Biden yaitu Amerika Serikat akan menginvestasikan sekitar USD700 juta atau sekitar 10 triliun lebih kepada Indonesia. Menurut Biden dengan menginvestasikan USD700 juta melalui Millennium Challenge Corporation (MCP) untuk membangun masa depan bersama yang lebih kuat melalui kolaborator baru, sesuai dengan tema KTT G20 yaitu Recover Together, Recover Stronger.

Pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Amerika Serikat juga menyinggung tentang IPEF atau Indo-Pacific Economic Framerwork. Dimana Presiden Jokowi menegaskan Indonesia akan berkomitmen dalam mendukung IPEF. IPEF atau yang dikenal sebagai Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik merupakan gagasan yang diluncurkan oleh Amerika Serikat yang saat ini sudah diikuti oleh 14 negara, salah satunya Indonesia. Menurut Presiden Jokowi Kerjasama ekonomi memang perlu untuk diperkuat disamping pentingnya masalah keamanan.

Menurut teori liberalisme dukungan Amerika Serikat terhadap G20, diwujudkan secara nyata dengan menghadiri secara langsung KTT G20. Kehadiran Presiden AS tentu memberikan arti besar bagi negara-negara anggota G20. Mengingat negara Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang mempunyai banyak sumber daya dalam rangka pembangunan di suatu negara, setidaknya IMF dan WTO berada dalam kendali AS.

Kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Amerika Serikat bersifat kooperatif, sifat kooperatif merupakan sikap yang menunjukan kerjasama tanpa melakukan penentangan pada suatu pihak baik individu maupun kelompok demi tercapainya sebuah tujuan bersama. Kerjasama bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat menunjukan bahwa mereka harus menyesuaikan kemampuan dari masing-masing pihak dan tujuan yang akan dituju secara bersama-sama.

Hubungan bilateral Indonesia dengan AS secara bilateral sudah terjalin semenjak jaman Ir. Soekarno menjadi presiden seperti yang dikatakan diatas, akan tetapi hubungan bilateral ini mengalami pasang surut. Juga posisi negara yang strategis tidak boleh jatuh dalam pengaruh sosialis, AS tetap berkepentingan besar pada Indonesia. Maka ada persyaratan yang diajukan oleh Presiden AS akan hadir ke Indonesia dalam acara KTT G20 adalah asal tidak mengundang Presiden Putin sebagai kepala negara Rusia. Karena Rusia menjadi pihak yang memancing terjadinya konflik Rusia-Ukraina. Amerika Serikat tidak menginginkan Indonesia jatuh dalam pengaruh komunisme baik oleh China maupun Rusia, sehingga pengaruh liberalisme lebih dominan daripada komunisme.

Dalam kerjasama bilateral Indonesia dengan AS terlihat kedua negara sangat terbuka dalam melakukan negosiasi. Seperti AS secara terbuka membicarakan cara meningkatkan kerjasama dalam hubungan antara Indonesia dan AS, untuk mendukung pergerakan dan people to people connection yang artinya pentingnya konektivitas antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat AS. Dapat dilihat bahwa pengaruh liberalis dalam kerjasama bilateral Indonesia dengan AS dilakukan secara terbuka atau tidak secara monopoli.

Dilihat dari teori liberalisme, Indonesia dan Amerika berharap akan mendapatkan outcome atau dampak positif atas terselanggaranya KTT G20, di tengah-tengah berbagai tantangan situasi global yang sedang terjadi. Artinya Indonesia dan Amerika menginginkan timbal balik untuk mendapatkan keuntungan absolut atau absolute gains dari kerjasama tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun