Mohon tunggu...
Charissa Vidya R
Charissa Vidya R Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang remaja yang secara kebetulan menuis di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar dan Durinya - Cerita Inspiratif

1 Maret 2024   13:14 Diperbarui: 1 Maret 2024   13:48 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah bunga mawar. Tumbuhan paling indah yang berasal dari keluarga mawar-mawaran. Tidak ada satupun manusia yang tak menyukaiku, mereka semua akan langsung terpikat kepadaku pada saat pandangan pertama.

Tapi ada satu hal yang terus mengganggku, yaitu duri-duri pada tangkaiku. Ketika orang-orang sudah terpikat akan kecantikanku, mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkanku, hingga rela tersakiti oleh duri-duriku.

Semakin lama satu-persatu diantara mereka menjauh karena duri-duriku, namun semakin bertambah pula orang yang berlomba-lomba untuk mendapatkanku. Mungkin karena banyaknya orang yang menginginkanku sehingga membuatku lupa diri.

Kearah mana kehidupan ini akan berjalan? Apakah akan selalu seperti ini? Tentu saja tidak. Bunga mawar itu semakin lama semakin banyak ditingalkan oleh orang-orang, karena ada mawar lain yang lebih enak dipandang. Pada akhirnya mawar-mawar itu akan layu dan perlahan kelopaknya akan jatuh satu-persatu.

Ibaratkan mawar, perempuan adalah makhluk hidup yang memang diciptakan suka bersolek dan haus perhatian. Banyak laki-laki yang mengejar perempuan cantik untuk mendapatkan hatinya, hingga pada akhirnya perempuan cantik itu lupa diri dan seenaknya mencampakkan perasaan orang lain.

Ia merasa, bahwa hanya dirinya yang layak mendapatkan semua perhatian itu, lagi-lagi karena dia merasa paling cantik dan berkuasa. Padahal, tidak ada yang abadi di dunia ini, semua itu akan menghilang dan perlahan ia akan ditinggal oleh mereka.

Kita harus menghargai orang lain, setinggi apapun jabatan atau seberpengaruh apapun kita, mereka tetap dalah manusia. Kita harus memanusiakan manusia karena kita adalah sama derajatnya di mata Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun