***
"Hei, mana uangmu?!" Salah satu pembuli meneriakiku, Â Reza namanya, semua orang takut kepadanya. Ia adalah orang yang sering membuliku saat masih smp.
"A-aku tidak bawa uang." Jawabku terbata-bata. Saat Reza melayangkan tangannya, aku segera melindungi kepalaku. Akan tetapi, ada keajaiban terjadi, suatu hal yang membuat kehidupan SMP ku berubah untuk pertama kalinya.
"Apa yang kamu lakukan? Tidak baik memukuli orang seperti itu!" Ada seseorang yang berani menolongku. Aku terkejut dan menoleh kepada orang itu.
"Hei, kamu gapapa?" tanyanya. Aku menatapnya dengan mulut ternganga. Ternyata yang menolongku adalah Raisya. Astaga, aku tidak menyangka orang seterkenal itu menolongku dari Reza. Ia memang seperti malaikat.
"Halo? Kamu gapapa kan?" Tanyanya sekali lagi. Aku mengangguk pelan, saat aku sedang beranjak pergi ia menahan tanganku.
"Nama kamu siapa? Aku habis nolongin kamu loh, masa langsung pergi gitu aja."
"Mira."
"Okey Mira, mulai saat ini kita temenan ya." Ucapnya dengan senyuman manis yang terpampang pada wajah mulusnya. Raisya melepas tanganku dan melambaikan tangannya kepadaku. Astaga! Aku benar-benar tak menyangka ini. Seorang Raisya ingin menjadi temanku. Aku segera kembali ke kelas dengan perasaan yang berbunga-bunga.
Awalnya aku sangat senang bisa berteman dengannya. Akan tetapi semakin lama aku sadar dia hanya memanfaatkanku, dan entah mengapa aku tak pernah bisa menolak permintaannya. Hingga pada suatu hari, untuk pertama kalinya aku menolak permintaannya.
"Hei Mira, ayo kita ke kantin. Kamu yang traktir ya." Raisya  pergi meninggalkanku, sebelum aku mengucapkan sepatah kata pun.
Aku mengejar dan menahan tangannya. "Raisya! Aku tidak membawa uang. Lagi pula, aku ga bisa selalu nurutin apa yang kamu minta."
"Kenapa? Kita kan teman. Please, sekali ini aja traktir aku. Aku laper banget nih!" Ucap Raisya sembari memegang perutnya.
"Maaf Raisya. Aku ga bisa traktir kamu, uangku hanya cukup untukku sekali makan." Jawabku jujur.
"Kamu kok gitu sih? Aku laper banget loh. Kamu kan anak orang kaya, ya tinggal minta uang lagi lah." Wajahnya kesal mendengar jawaban dariku. Tapi mau bagaimana lagi, uang itu hanya cukup untukku makan sekali.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H