Hari kompetisi yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Lila merasa campur aduk antara antusiasme dan kegugupan. Dengan dukungan Aria dan Dika, dia telah melakukan persiapan sebaik mungkin. Mereka berangkat bersama ke kota, di mana kompetisi berlangsung.
Setibanya di lokasi, Lila melihat banyak peserta lain yang juga berbakat. Dia merasa cemas dan bertanya-tanya apakah desainnya cukup baik. Aria menepuk bahunya dan berkata, "Ingat, Lila, kamu sudah berusaha keras. Apa pun hasilnya, aku bangga padamu." Dika menambahkan, "Buktikan bahwa kamu bisa! Tunjukkan pada dunia siapa Lila!"
Saat presentasi dimulai, Lila merasa jantungnya berdegup kencang. Dia berdiri di panggung, melihat panel juri yang memperhatikannya. Dengan suara percaya diri, Lila menjelaskan konsep desainnya, menjelaskan inspirasi di balik setiap elemen. Dia berbicara tentang impian untuk menciptakan ruang yang mendukung pendidikan bagi anak-anak perempuan di desanya.
Setelah semua peserta selesai, Lila dan teman-temannya menunggu pengumuman pemenang. Ketegangan terasa di udara. Ketika nama pemenang dipanggil, Lila hampir tidak percaya ketika namanya disebut. Dia berdiri tertegun, kemudian berlari ke panggung, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya.
Setelah pengumuman, Lila merangkul Aria dan Dika, berterima kasih atas dukungan mereka. Dia merasa bangga tidak hanya karena menang, tetapi juga karena semua usaha yang telah dilakukan. Momen itu menjadi pendorong bagi Lila untuk melanjutkan pendidikan arsitekturnya dan membawa perubahan bagi desanya. Namun, di dalam hati, dia juga mulai memikirkan bagaimana perasaannya terhadap Dika dan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
