Mohon tunggu...
Charisma Dina Wulandari
Charisma Dina Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relations Specialist

Experienced in Public Relations with a background in diverse industries such as startups, consulting, government and multinational company. Skilled in Media Monitoring, Media Analysis, Media Relations, Content Writer, Content Planning, Social Media Handling, Communication Campaign, Strategic PR Plan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Mendidik Anak di Era Generasi Sandwich

7 April 2024   17:23 Diperbarui: 7 April 2024   17:31 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena sandwich generation adalah realitas yang tidak bisa diabaikan di era modern ini. Generasi yang terjepit di antara tuntutan ekonomi dari orang tua dan anak-anaknya harus menghadapi tantangan yang kompleks dan membingungkan. Konsep ini, seperti namanya, seperti terjepit di antara dua lapis roti, dengan tanggung jawab yang muncul dari kedua arah. Ini terutama dirasakan oleh generasi Y, yang berada di tengah-tengah antara orang tua Baby Boomer atau Gen-X dan anak-anak mereka dari Gen-Z hingga Gen-Alpha.

Kesulitan utama yang dihadapi oleh sandwich generation adalah menanggung beban kebutuhan finansial yang beragam dari kedua arah. Mereka harus mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan orang tua yang mungkin memasuki usia lanjut dan memerlukan perawatan kesehatan, sementara juga mengurus anak-anak mereka yang mungkin masih memerlukan biaya pendidikan, perawatan, dan kebutuhan sehari-hari.

Sandwich generation tidak hanya harus menghadapi tantangan finansial, tetapi juga emosional. Mereka mungkin merasa terjebak di antara dua tanggung jawab yang berat, merasa stres, cemas, dan bahkan merasa bersalah jika tidak dapat memenuhi kebutuhan kedua belah pihak dengan baik.

Istilah "sandwich generation" pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, seorang ahli fisioterapi dan direktur praktikum di Universitas Western Kentucky, USA. Konsep ini menggambarkan posisi sulit generasi yang terjepit di antara dua generasi yang memerlukan perhatian dan dukungan mereka.

Perasaan tertekan dan terjebak dalam peran yang kompleks ini dapat mengakibatkan stres yang berkepanjangan dan berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan mental generasi sandwich. Ini juga dapat memengaruhi hubungan mereka dengan anggota keluarga lainnya dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Dalam konteks Islam, pendekatan terhadap fenomena ini sangatlah penting. Islam tidak pernah bermaksud untuk menyengsarakan pemeluknya, namun pada saat yang sama, agama ini menekankan pentingnya berbakti pada orang tua dan memberikan dukungan kepada keluarga.

Menurut ajaran Islam, mencari kekayaan dan kesuksesan finansial tidaklah dilarang, selama itu dilakukan dengan cara yang halal dan bertanggung jawab. Namun, kekayaan harus dialokasikan dengan bijak dan diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan yang mendesak, termasuk kebutuhan keluarga.

Konsep birrul walidain, atau berbakti pada orang tua, sangat penting dalam Islam. Namun, hal ini tidak selalu sederhana dan bisa menjadi sulit bagi generasi sandwich yang harus mengelola kebutuhan finansial dari berbagai arah. Namun, menjaga keseimbangan antara kewajiban terhadap orang tua dan anak-anak merupakan bagian integral dari prinsip-prinsip agama.

Dalam konteks ini, penting bagi generasi sandwich untuk memprioritaskan kebutuhan keluarga dengan bijak, berkomunikasi secara terbuka dengan semua pihak yang terlibat, dan mencari solusi yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan etika.

Pendidikan finansial dan manajemen keuangan juga sangat penting bagi generasi sandwich agar dapat mengelola keuangan mereka dengan efisien dan mengatasi tantangan ekonomi yang mereka hadapi.

Dalam era generasi sandwich, di mana seseorang dihadapkan dengan tanggung jawab merawat orang tua di samping mengasuh anak-anak sendiri, mendidik anak menjadi tugas yang semakin kompleks dan menuntut. Generasi sandwich seringkali harus menjalani peran ganda sebagai orang tua dan anak sekaligus. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara mendidik anak di tengah dinamika yang unik ini.

Salah satu aspek penting dalam mendidik anak di era generasi sandwich adalah menciptakan keseimbangan antara memberikan perhatian kepada orang tua dan anak-anak. Ini bisa menjadi tantangan, karena seringkali waktu dan perhatian terbagi antara dua generasi yang membutuhkan perhatian yang sama.

Penting bagi orang tua di era generasi sandwich untuk memprioritaskan waktu bersama keluarga meskipun sibuk dengan tanggung jawab merawat orang tua. Meluangkan waktu khusus untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak-anak dapat membantu memperkuat ikatan keluarga dan memastikan bahwa mereka merasa didengar dan diperhatikan.

Selain memberikan perhatian, orang tua di era generasi sandwich juga perlu memberikan batasan yang jelas kepada anak-anak mereka. Ini termasuk menetapkan aturan rumah tangga yang konsisten dan memberikan konsekuensi yang jelas ketika aturan tersebut dilanggar. Batasan yang jelas membantu menciptakan struktur dan kedisiplinan yang diperlukan dalam pengasuhan anak.

Penting juga untuk memperhatikan kebutuhan emosional anak-anak di era generasi sandwich. Mereka mungkin mengalami stres atau kecemasan karena dinamika keluarga yang kompleks, dan penting bagi orang tua untuk menyediakan ruang yang aman bagi mereka untuk berekspresi dan berbicara tentang perasaan mereka.

Komunikasi terbuka dan jujur sangat penting dalam mendidik anak di era generasi sandwich. Orang tua perlu berbicara secara terbuka dengan anak-anak tentang situasi keluarga dan menjelaskan dengan baik mengapa mereka harus merawat orang tua serta pentingnya mengasuh anak-anak.

Selain itu, penting juga untuk mengajak anak-anak terlibat dalam perawatan orang tua. Memberikan tanggung jawab kepada mereka dalam merawat kakek nenek atau anggota keluarga lain yang membutuhkan perhatian dapat membantu mengajarkan nilai-nilai empati, tanggung jawab, dan kasih sayang.

Di samping memberikan perhatian kepada orang tua, orang tua di era generasi sandwich juga harus memberikan perhatian yang cukup kepada perkembangan dan kebutuhan anak-anak mereka. Ini termasuk memastikan bahwa mereka memiliki waktu untuk bermain, belajar, dan berekspresi secara kreatif.

Penting juga untuk memberikan dukungan yang memadai kepada anak-anak di era generasi sandwich. Ini bisa berupa dukungan emosional, finansial, atau praktis dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Menunjukkan bahwa orang tua selalu ada untuk mereka dan siap membantu dalam setiap situasi dapat memberikan rasa keamanan dan kenyamanan bagi anak-anak.

Orang tua di era generasi sandwich juga perlu menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Ini termasuk menunjukkan nilai-nilai seperti kesabaran, pengorbanan, dan kerja keras dalam merawat orang tua sambil mengasuh anak-anak.

Penting juga untuk memberikan perhatian yang cukup kepada kebutuhan diri sendiri sebagai orang tua di era generasi sandwich. Merawat diri dengan baik termasuk menjaga kesehatan fisik dan mental, mencari dukungan dari teman dan keluarga, dan meluangkan waktu untuk menikmati hobi dan kegiatan yang menyenangkan.

Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya merawat orang tua juga merupakan bagian penting dari mendidik mereka di era generasi sandwich. Ini bisa dilakukan melalui contoh nyata, seperti membantu merawat kakek nenek, atau melalui percakapan terbuka tentang nilai-nilai keluarga.

Penting juga untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya penghargaan dan rasa terima kasih terhadap orang tua di era generasi sandwich. Ini bisa dilakukan dengan mengajak mereka berpartisipasi dalam kegiatan yang menyenangkan bersama kakek nenek atau mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan orang tua kepada keluarga.

Orang tua di era generasi sandwich juga perlu memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan kepribadian yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan dalam mendidik setiap anak mungkin juga perlu disesuaikan sesuai dengan karakter dan kebutuhan individunya.

Selain memberikan dukungan dan perhatian kepada anak-anak, orang tua di era generasi sandwich juga harus membantu mereka mengembangkan keterampilan dan bakat mereka. Ini bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kursus yang sesuai dengan minat mereka.

Orang tua di era generasi sandwich juga perlu menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak mereka. Mendengarkan dengan penuh perhatian ketika anak-anak bercerita tentang pengalaman atau perasaan mereka dapat membantu membangun hubungan yang kuat dan saling percaya antara orang tua dan anak.

Penting juga untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menghormati orang tua di era generasi sandwich. Ini termasuk mengajarkan mereka untuk mendengarkan dan menghargai pandangan serta kebutuhan orang tua, serta memberikan bantuan dan dukungan ketika diperlukan.

Orang tua di era generasi sandwich juga perlu mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai seperti kesabaran, kerjasama, dan pengorbanan. Ini termasuk mengajarkan mereka untuk menghargai kontribusi yang orang tua berikan dalam merawat keluarga serta berbagi tanggung jawab dalam menjaga kesejahteraan keluarga.

Penting juga untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya memiliki sikap yang inklusif dan empati terhadap semua anggota keluarga, termasuk orang tua di era generasi sandwich. Ini bisa dilakukan dengan mengajarkan mereka untuk memahami perspektif dan pengalaman orang tua serta membantu mereka merasa dihargai dan diperhatikan.

Dengan demikian, sementara generasi sandwich dihadapkan pada tantangan yang kompleks dan berat, pendekatan yang bijaksana, didasarkan pada nilai-nilai agama dan etika, serta pendidikan finansial yang baik, dapat membantu mereka mengatasi hambatan dan menjalani hidup dengan lebih sejahtera dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun