siapa yang mengiraÂ
bila gravitasi akan menarik kita berdua
menyatukan kita
begitu dekat
sangat erat
pastinya aku bahagia
begitu juga denganmu
lalu bosan itu datang
tak peduli sesering apa aku menyuruhnya pulangÂ
aku terpikat masuk perangkap
aku hilang kendali
lupa diri berkali-kali
membuatmu sakit
tentu sakit hati
aku belajar lagi
memulainya dari awal
membangun bahagia yang telah runtuh
mendirikannya inci demi inci
hingga aku menhira aku akan berhasil
tapi lagi-lagi aku merusaknya dengan sengaja
tak peduli seberapa lelah kau menjaganya
terluka lagi
aku tau sakit yang kau rasa
aku tau walau kau tak pernah bicara
jadi maafkan
maafkan aku yang bodoh ini
maafkan aku yang tidak sempurna ini
aku menyesal dengan sangat
biarkan aku kembali
menuju bahagia yang dulu kita miliki
bahagia yang dulu kita anggap abadi
hening
buram
tidak ada kejelasan
kau hanya diam saja
aku akan belajar
benar-benar belajar
jadi terima aku sekali lagi
sekali saja dengan satu kesempatan terakhir yang kau punya
benar sajaÂ
sebanyak apapun aku memohon
rasa yang dulu kau punya tak akan pernah sama
tak akan pernah pada tempat yang semestinya
kau acuhkan aku sekarang
tak seperti dulu ketika kau lebih memilihku dan mengacuhkan waktu
lalu sekarang aku memandang dari sudut yang begitu berbeda
kau pergi
begitu pelan
aku tau kau ingin aku mengejarmu
tapi bagaimana aku bisa mengejarmu
bila kedua tanganmu begitu erat memegangi bahagia yang baru
biarlah aku disini
bawa pergi semua harapanmu
bawa pergi segalanya tentang kita waktu itu
jika bisa kubur segala kenangan itu
kubur dalam-dalam
agar tak ada lagi bahagia yang sanggup bernafas diantara lebam
tak ada salam perpisahan
pergi saja
jangan pernah mengarah kesini lagi
biarkan aku sendiri
aku ingin sendiri
sesaat sebelum perasaan ini aku bunuh mati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H