Mohon tunggu...
Dwi Permata
Dwi Permata Mohon Tunggu... Freelancer - Nusantara Series

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diversifikasi Karakter Perempuan dalam Drama Korea

4 Mei 2021   10:06 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:27 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kalian salah satu penggemar drama korea? Ya, saat ini pecinta drama korea memang sudah menyebar kemana-mana terutama kaum perempuan. Di waktu senggangnya yang pasti mereka lakukan adalah menonton drama korea. Dengan perkembangan teknologi menonton drama korea menjadi lebih mudah melalui aplikasi-aplikasi yang bisa diunduh dalam gawai yang mereka miliki. Jadi bisa menonton dimanapun dan kapanpun.

Bagi yang kurang suka menonton drama korea, sedikit bertanya-tanya alasan seseorang menyukai drama korea. Berbagai alasan biasanya dikemukakan oleh pecinta drama korea seperti wajah pemain yang tampan, ragam topik dan genre yang diangkat, hingga hasil kualitas produksi yang umumnya lebih baik dibandingkan kualitas konten dalam negeri. 

Keragaman dalam penggambaran karakter perempuan dalam drama korea pun tidak luput menjadi perhatian. Karakter perempuan tidak selalu digambarkan sebagai karakter yang lemah, mudah menangis dan bergantung kepada laki-laki. Didalam beberapa drama korea perempuan digambarkan dengan latar belakang dan kepribadian yang cukup kompleks, memiliki profesi dari berbagai macam jenis pekerjaan, hubungan yang tidak selalu berpusat dengan laki-laki dan perempuan memiliki ruang untuk membicarakan berbagai topik dan permasalahan serta mencari solusi dalam kehidupan mereka

Sepanjang tahun 2020, semakin banyak drama korea yang memiliki karakter perempuan yang kuat sebagai lead female. Diawali dengan karakter Yoon Se-ri (Crash Landing On You), Ji Sun-woo (The World of Married), ibu-ibu di Birthcare Center, detektif dalam Good Casting dan lainnya. Kemunculan karakter-karakter perempuan ini seperti sebuah tanda bahwa terjadi perubahan tren dalam drama korea, ada perubahan bahwa candy girl kini tidak lagi menjadi pilihan utama dalam penggambaran karakter perempuan dalam drama korea. 

Istilah candy girl digunakan untuk menggambarkan sosok perempuan kurang mampu, naif, selalu bekerja keras untuk bertahan hidup yang kemudian bertemu dengan laki-laki kaya dan dengan situasi yang membuat mereka akan saling jatuh cinta. Saat ini kisah dengan karakter ala-ala Cinderella mulai perlahan ditinggalkan, dalam drama Weightlifting Fairy Kim Bok-joo (2016) memiliki pesan bahwa perempuan harus menemukan pasangan yang bisa menghormati apa adanya bukan harus menyesuaikan diri demi cinta.

Keberagaman penggambaran karakter perempuan mungkin tidak terlepas dari penulis cerita yang kebanyakan juga perempuan. Menurut laporan Women of China tahun 2014 yang dikutip oleh Beijing Metro Reader hamper 90% penulis naskah dikorea adalah perempuan. Para penulis perempuan ini, tanpa mengekspos seksualisasi perempuan bisa menciptakan karakter perempuan yang beragam. 

Beberapa karakter perempuan dibeberapa drama korea digambarkan dengan cukup baik, mereka digambarkan memiliki kekuatan tersendiri tanpa harus menghilangkan feminitas yang dimiliki perempuan.  Perubahan tren ini cukup dipengaruhi oleh paham feminisme yang tumbuh dan mulai menggoyang eksistensi budaya patriarki dalam masyarakat korea.

Profesor East Asian of Anthropology Yonsei University, Bonnie Tilland menilai bahwa perubahan penggambaran karakter utama perempuan dalam drama korea cukup berkaitan erat dengan keinginan masyarakat sehingga mendapat sambutan yang hangat dari penonton. Selain itu, banyak masyarakat umum dan pesohor yang mulai memberanikan diri untuk speak up mengenai feminisme serta pemberdaan perempuan di akun sosial media ataupun disampaikan secara langsung.

Tapi apakah tren karakter perempuan kuat dan mampu mendobrak budaya patriarki dalam masyarakat Korea Selatan dapat bertahan hingga masa depan?

Perlu diingat bahwasanya penentu eksistensi dari tren dalam industri televisi adalah sambutan hangat masyarakat yang dibuktikan dengan rating. Tidak sedikit drama harus memangkas episode karena memiliki rating yang anjlok atau tidak memuaskan stasiun televisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun