TELAH berpulang dengan tenang, pada tanggal 8 Desember 2008 yang lalu, bertepatan dengan Hari Raya Idhul Adha, di petang hari : Arizal Effendi, SH,LLM,MA.
Ijal, demikian saya biasa memanggilnya, adalah teman bermain saya sejak kecil.  Dilahirkan di Medan 23 Maret 1949, tinggal di jalan Segara 4 nomor 6 dan bersekolah Taman Kanak-kanak di halaman Istana serta menempuh Sekolah Rakyat di SR negeri 47 di jalan Petojo Jagamonyet Jakarta.  Anak yang keras hati dan pekerja keras yang tiada mengenal kata lelah.   Terus bekerja keras tanpa menghiraukan derita penyakit yang menghinggapinya selama lebih dari 16 tahun.  Ijal, benar-benar sosok yang tenang dalam derita dan tabah sampai akhir.
Selepas dari SMA, Ijal meneruskan kulliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.  Pendidikan selanjutnya ditempuh antara lain di SAIS, School Advance International Studies di Washington DC, yang Dekannya adalah Henry Kissinger, mantan Menlu Amerika Serikat.
Selain dari demikian banyak penugasannya di Departemen Luar negeri, Arizal antara lain pernah menjabat sebagai : Kepala Perwakilan Tetap RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Duta Besar RI di Australia, Sekjen Departemen Luar Negeri, Dirjen urusan Amerika dan Eropa dan terakhir beliau masih menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Perancis berkedudukan di Paris.
Prestasi besar dalam bidang diplomasi yang telah menjadi bagian dari perjalanan karier nya adalah , andil nya dalam meng goal kan "wawasan nusantara" di forum PBB.  Beliau adalah juga merupakan penerus dari apa yang pernah diperjuangkan oleh Prof. DR Mochtar Kusumaatmadja SH tentang wawasan nusantara di berbagai forum antar bangsa.
Sejak lepas SR, kami jarang sekali bertemu akan tetapi walaupun jauh secara fisik kami masih selalu mengikuti perkembangan masing-masing.  Lebih kurang pada tahun 2003 saya masih sempat bertemu dengan Arizal dalam satu kesempatan acara di Istana Negara.  Pada saat beliau menjabat Duta Besar di Paris, walaupun dalam keadaan menjalani perawatan intensif berkenaan dengan sakitnya, Arizal masih menyempatkan diri menjamu saya dan isteri untuk makan malam di salah satu restoran di pusat kota Paris.  Arizal dalam kondisi sakit, tetap menjalankan tugas nya tanpa mengenal lelah.  Dengan kondisi yang sulit untuk berbicara, beliau masih tetap memerlukan menemui teman-teman yang datang mengunjunginya di Paris.
Terakhir, beberapa waktu yang lalu beliau pulang ke Jakarta dalam rangka konsultasi kerja dengan pemerintah, dan pada saat kembali ke Paris, dalam perjalanan Arizal harus turun di Singapura karena sakitnya tidak memungkinkan dirinya melanjutkan perjalanan ke Paris.  Kembali ke Jakarta untuk kemudian keluar masuk ICU dan terakhir menghembuskan napas nya yang penghabisan.  Dokter sudah tidak dapat lagi menanganinya.  Arizal akhirnya harus menyerah kepada penyakit kanker rongga hidung yang dideritanya.
Arizal Effendi, meninggalkan seorang isteri dan tiga orang anak.  Dari sekian banyak karangan bunga duka cita yang tiba dirumah duka, terlihat satu diantaranya adalah dari Presiden RI, DR. Susilo Bambang Yudhoyono.
Baktinya kepada bangsa dan negara , tidak saja tanpa terputus akan tetapi juga dilakukannya didalam penderitaan yang luar biasa.  Inna Lillahi Wa Inna Ilailhi Raji'un. Selamat jalan Arizal ! kami mendoakan semoga beliau diampuni dosa-dosa nya, dan arwahnya dapat diterima disisi Tuhan sesuai dengan amal dan ibadahnya, serta semoga pula keluarga yang ditinggalkannya dapat memperoleh kekuatan batin dalam menghadapi cobaan ini.
Jakarta 24 Desember 2008.
Chappy Hakim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H