Makna Di Balik Kata “Yang Penting Kamu Bahagia, Dek. Aku Gampang”
Adalah kerelaan kesejatian lelaki yang tak akan pernah lelah memperjuangkan kebahagiaan, baik dunia maupun akhirat. Dinamika yang membentuknya, masa-masa yang dialuinya, kelak akan dipetik hasilnya bersama. Luka, cerita, disertai duka maupun cita terbalut halus dalam untaian kasihNya yang Maha Mulia. Maka, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Begitu bunyi terjemahan dari penggalan kalimat dalam Surat Ar-Rohman.
Perjuangan tak pernah berhenti, bagi seorang lelaki memperjuangkan hidup adalah sebuah tanggung jawab. Amanah yang terpatri sejak Adam diturunkan ke dunia ini hingga sekarang. Zaman telah menyambut letak kesejatian seorang lelaki. Di mata Hawa, Adam merupakan bagian yang tidak pernah bisa lepas dari dirinya. Karenanyalah Hawa adalah sebahagian daripada Adam itu sendiri. Keduanya tak dapat terpisahkan. Seperti dwi tunggal yang satu, meski dohir dan akal yang berbeda. Hakikatnya demikian.
Bayangkan bila kisah Nabi Adam saat itu sedang nggombali Siti Hawa. “Yang penting kamu Bahagia, Dek. Aku Gampang!”, dunia dan seisinyapun tak merelakan demikian. Alam semesta rela tunduk kepada manusia itu, seraya berdzikir mengangkat ‘Arsy-Nya. Kecuali setan dan iblis. Dajjal.
Perjuangan Adam yang dipisahkan secara sementara dari Hawa di dunia, berakhir di Jabal Rahmah. Tempat dimana mereka dipertemukan Kembali oleh Tuhan. Kalau sekarang kita nyebutnya Reunian lah. Bisa jadi, reuni pertama di bumi ini adalah Mbah Adam dan Mbah Siti Hawa. Wis, ra sah kakean protes.
Selama kurun waktu yang lama, sebelum mereka dipertemukan di Dunia, Adam tak kenal lelah dan terus berdoa seraya berusaha mengikuti petunjuk dari Penciptanya. Zaman dahulu belum ada kompas apalagi fitur share lock dari Siti Hawa. Cuman modal Yakin Marang Kuasane Gusti. Wis ngunu tok.
Inti tulisan di atas adalah untuk mereka yang masih belum menemukan jodohnya, untuk mereka yang masih dalam fase fakir asmara, untuk mereka yang ditolak berkali-kali bahkan PDKT aja belum udah putus, optimislah. Masih ada banyak waktu. Slow saja, semua akan indah pada waktunya. Tapi mbuh kapan.
Jabal Rahmah kalau dibahasakan sekarang itu, tempat pertama kali yang berkesan bagi umat manusia. Makanya nggak heran disetiap rangkaian ibadah Haji, pasti disempatkan ke sana, supaya manusia Kembali mengingat kesejatian dirinya. Mengingat darimana kita berasal, dan akan Kembali kepadaNya. Tempat terebut menjadi spot napak tilas yang Agung karena awal mula terciptanya generasi manusia-manusia di muka bumi ini. Allohu~
Perjuangan Mbah Adam ketemu Siti Hawa yang merelakan dipisahkan membuahkan pertemuan di tempat tersebut. Penantian mereka selama ribuan tahun disambut haru dengan ditandai bahwa Nabi Adam merupakan manusia pertama yang melakukan sujud dua rokaat ketika fajar menyingsing. Sekaligus sebagai pencetus awalan pertama semua kejadian di Dunia yang fana ini.
Terlepas dari anggapan benturan teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia pertama berspesies sapien, wes rasah dibahas. Beda kamar, beda termin kajian. Tapi memang menarik sih, banyak yang sudah menepis bahwa teori Darwin dipatahkan, aneh juga sih masih dipelajari secara saintifik di kurikulum Pendidikan. Sebagai Sejarah Umat manusia.
Darwin hanyalah manusia yang menggunakan akalnya untuk berusaha menemukan asal usul siapa dirinya, darimana manusia berasal, tapi paradoksnya ia memercayai paham materialistik. Sadar atau tidak, gara-gara Darwin, banyak manusia yang ingin mencari tahu sendiri dengan berbagai macam cara hakikat kebenaran asbabunuzul manusia berasal. Positifnya, semakin banyak manusia berfikir. Sejalan dengan filsuf Yunani yang mengatakan “Aku berfikir, maka aku ada”.
Nabi Adam kelak pasti ngguyu Ketika mendapati Darwin berada di akhirat. Tapi ndapapa, Darwin sudah berusaha berjuang menemukan kesejatian awal mula manusia berasal, dan risetnya dijadikan dasar untuk mencari tahu. Baik-buruk, tetaplah ilmu. Begitu kira-kira asas empiris sains.
Sempat ngefans juga sih sama Zakir naik, saat pidato dan dakwahnya begitu diterima oleh banyak orang, meski membenturkan nilai kebenaran antar teisme yang dianut banyak manusia berbeda di seluruh dunia. Tetapi, cukup nge fans saja, ndak usah berlebihan apalagi menyakini dan menghultuskan bahwa dirinya seperti Nabi. Sudah, cukup. Bhineka Tunggal Ikha tetaplah ejahwantahan dari Ar-Rahman. Manusia sejatinya diciptakan berbeda-beda, dan semua itu adalah RahmatNya. Wis. Hop.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H