HALOO Semuaaaa salam hangat!!
kali ini saya ingin membahas mengenai filosofis pendidikan di indonesia dimana perjalanan pendidikan diindonesia masih banyak orang yang tabu dalam mengenal sejarah awal mula pendidikan diindonesia dibentuk. dengan hal ini saya ingin membahas sedikit salah satu mata kuliah yang saya ampu pada saat saya menempun pendidikan Profesi Guru Profesional.. oke langsung saja...
Perjalanan Pendidikan Nasional di Indonesia
Mata kuliah filosofis pendidikan indonesia mengantarkan saya untuk mempelajari lebih dalam perjalanan pendidikan nasional. Saya dapat menyimpulkan bahwa perjalanan pendidikan nasional di indonesia ini sejatinya sudah terjadi pada saat datangnya bangsa barat sampai datangnya bangsa islam yang memberi pengaruh pendidikan dengan dilakukannya pendirian mushola kemudian ada pula sistem pondok pesantren di berbagai daerah (Kutoyo dan Soetjiatiningsih, 1981). Lalu dengan kedatangan bangsa belanda ke Indonesia, pendidikan yang diberikan mereka membentuk sebuah masyarakat indonesia yang diatur secara sentralistik. karena pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial didasarkan oleh garis warna dan diskriminatif, selain itu dibedakan pula jenis ataupun tingkatan yang telah dibagi oleh pemerintah kolonial menjadi kelompok-kelompok eropa, timur asing (arab dan cina), serta pribumi. Namun pada kenyataan di lapangannya penduduk pribumi masih terbagi juga menjadi golongan priyayi dan golongan biasa berdasarkan golongan masyarakat dan status sosial. Dalam tujuan bangsa Belanda mendirikan Dua Sistem sekolah yang berbeda diantaranya Occidental dan Oriental ini bertujuan untuk melanggengkan kekuasaan Belanda terhadap pribumi dan tenaga kerja murah untuk menciptakan hasil pertanian. Oribudi tidak terima maka terjadinya perlawanan kepada kaum Belanda.
Pada kisaran tahun 1900 hingga 1930 hadir berbagai perubahan kebijakan oleh pemerintah kolonial seperti didirikannya sekolah dasar berbahasa belanda untuk bumiputera, kemudian didirikan sekolah M.U.L.O yang dapat dikatakan sebagai jenjang sekolah menengah pertama dan adapula sekolah HBS sebagai jenjang sekolah menengah atas hingga didirikan juga sekolah tinggi seperti Kedokteran Batavia 1927, ITB 1920, dan Recht Hoge School 1924. Meski demikian, namun tetap saja pada praktiknya masih berorientasi kepentingan kolonial dan bersifat diskriminatif.
Namun berkat situasi dan kondisi tersebutlah, yang menjadikan munculnya beberapa tokoh kebangkitan nasional yang mempunyai pemikiran luas yang terus berjuan membela kepentingan rakyat indonesia untuk mencerdaskan bangsa dan menjadi titik awal perjuangan bangsa Indonesia menuju proses merdeka. Seperti hadirnya pergerakan pendidikan awal yang terdiri dari terciptanya organisasi budi utomo, pergerakan emansipasi wanita oleh R.A Kartini, dan terbentuknya taman siswa oleh Ki Hadjar Dewantara serta adapun berbagai sekolah berbasis agama baik dari kalangan NU, Muhammadiyah, Persis, dan lainnya.
Dan pada saat indonesia mencapai kemerdekaannya, pemerintah membentuk sekolah rakyat, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah tinggi dan menggunakan kurikulum leer plan 1947 dengan Ki Hadjar Dewantara sebagai menteri pendidikan pertama di Indonesia.
Kebijakan pendidikan setelah Ki hajar Dewantara meningkat dengan pesat terlihat antusias minat menjadi guru pada tahun 1955 dengan kebijakan demokrasi terpimpin dengan system pemerintahan yang lebih terdisiplin, sehingga menciptakan era reformasi yang system pemerintahannya terdesenntralisasi pada standar pendidikan yang ada di UU No.20 tahun 2003 dengan adanya peningkatan revolusi pendidikan banyak perubahan dan pengayaan penunjang fasilitas di dunia pendidikan indonesia. Kebijakan pendidikan di era Merdeka belajar 2020 sampai sekarang terus disesuaikan dengan kondisi perkembangan jaman sesuai kebutuhan peserta didik yang unik dan beragam dengan kerja sama kolaborasi dari berbagai bidang bertujuan membuka peluang untuk menciptakan kualitas siswa dalam menciptakan Sumber Daya Alam yang baik dengan program Merdeka Belajar.
Refleksi pemikiran penulisÂ
Pemikiran saya sebelum mempelajari perjalanan pendidikan nasional lebih mendalam tentunya saya hanya mengetahui secara buta bahwa ada zaman kolonial itu tidak ada pendidikan sama sekali dan menganggap bahwa pendidikan hanya khusus para bangsawan atau golongan priyayi saja, namun kini saya mengetahui lebih luas lagi bahwa sejak awal kedatangan zaman kolonial mereka sudah membuat aturan terkait pendidikan untuk warga pribumi walaupun memang dalam praktiknya masih banyak problematika, diskriminasi dan pelaksanaan pendidikan berorientasi kepentingan mereka saja. Sehingga dengan pemahaman sekarang ini, saya dapat lebih bijak untuk mengetahui sejarah perjalanan pendidikan nasional.