Mohon tunggu...
Sumire Chan
Sumire Chan Mohon Tunggu... Guru - www.rumpunsemesta.wordpress.com

Pengajar dan Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anomali Kehidupan Manusia

6 Januari 2023   10:02 Diperbarui: 6 Januari 2023   10:05 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara formal, KBBI menjelaskan tentang anomali yang berarti sebuah penyimpangan atau halnya kelainan.  Berbicara istilah "anomali" sendiri, tentu akan sangat berkaitan dengan pelajaran Fisika seperti dalam materi sifat anomali air. Sifat anomali air mengindikasikan sebuah zat yang akan mengalami pemuaian apabila suhunya dinaikan (dipanaskan), namun pada anomali air hal ini tidak terjadi, sebaliknnya air malah mengalami penyusutan.

Begitu pula yang terjadi dengan anomali perilaku kehidupan manusia, penyimpangan perilaku manusia dari yang seharusnya.  Sedikit banyak perkembangan zaman dalam berbagai bidang mengubah banyak hal. Adakalanya hal-hal yang tabu menguak ke permukaan terarah dalam sebuah kebiasaan. Keserakahan manusia seringkai menjadi sebuah efek domino keberlanjutan yang dilestarikan.  Padahal Tuhan menerangkan dalam ayat-ayatnya kehidupan dunia hanyalah sementara sebagai suatu hal yang bersifat fana.

Dalam konteks masyarakat, anomali perilaku manusia dapat dilihat dalam sosialisasi antarmasyarakat. Menurunnya level moralitas manusia di era kekinian akan bertolak belakang dengan tingkat pendidikan yang meningkat. Pendidikan yang tinggi bukan jaminan moralitas yang baik. Tak dipungkiri, kemajuan teknologi menyebabkan berkurangnya sosialisasi antarmanusia secara drastis. Manusia lebih tertarik dengan menghabiskan waktunya selama berjam-jam dengan ponsel pintarnya.

Kehidupan terasa diisi dengan berbagai kesenjangan. Mulai dari kesenjangan pendapatan, pendidikan sampai dengan perilaku. Ragam individu dengan ragam karakter bukanlah suatu hal yang mudah dalam berinteraksi. Ada rasa untuk meninggi juga merendah. Akibatnya, reprensentasi kehidupan manusia yang seharusnya berimplikasi dengan kata saling secara positif seperti saling menghormati, saling memberi, saling mendukung bergeser negatif  menjadi saling menjatuhkan, saling menuduh, sama-sama saling tidak bisa menerima. Hal ini bisa saja bermula dari keinginan yang belum tersampaikan atau belum dicapai.

Setiap orang hadir memang untuk saling melengkapi. Kebaikan mengajarkan bahwa keburukan tak patut dikerjakan. Sementara keburukan juga mengajarkan arti pembelajaran dalam setiap fase kehidupan. Bagaimapun setiap manusia diciptakan dengan berbagai alasan. Perihal menjadi antagonis dan protagonis dalam sebuah drama kehidupan adalah pilihan masing-masing dengan segala konsekuensi yang diperoleh. Akan tetapi, jika mengulas masa prasejarah kita ketahui manusia prasejarah hidup berkelompok untuk saling bekerja sama, saling memberi dan menerima. Lalu, bagaimana dengan manusia modern saat ini? Akankah tetap mempertahankan anomali perilaku tanpa rasa saling menghormati dan menghargai dengan akhir saling meniadakan satu sama lain??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun