Secara psikologis ketika dilukai atau halnya dizalimi orang lain, baik fisik maupun psikologis kita akan merasakan rasa sakit atau halnya perundungan atas rasa sedih yang diterima.Â
Sebagian besar percaya bahwa adakalanya kita memerlukan waktu yang tepat untuk memberikan kata maaf. Terkadang butuh waktu yang tidak sebentar untuk benar-benar bisa memaafkan.
Setiap karakter dan kepribadian seseorang bisa menjadi satu dari sekian faktor penyebab. Tingkat religiusitas, ikatan interpersonal, bahkan dalamnya perbuatan dzalim yang dilakukan adalah beberapa alasan sulit tidaknya memaafkan seseorang.Â
Karakter seseorang terkadang susah ditebak jika kita belum bisa menyelami atau halnya berkenalan lama. Beberapa karakter adakalanya dengan berbagai alasan untuk bermuka dua. Orang yang lebih banyak menorehkan cerita suka dibandingkan duka akan lebih mudah dimaafkan begitupun sebaliknya. Agama memberikan pengaruh yang besar terhadap rasa maaf yang diberikan.Â
Nabi Muhammad adalah contoh teladan bagi umat muslim. Dalam kondisi didzalimi dan diperlakukan tidak baik Rasalullah tetap bisa mendoakan segala kebaikan bagi sesama, terlebih umatnya.Â
Momen nisfu syaban menjelang ramadan seharusnya manusia sudah memupuk rasa maaf dan rasa berdosa pada sesama. Tidak ada manusia yang sempurna dengan segala tindak tanduknya. Memohon ampunan dosa, keberkahan rezeki, dan usia yang berkah adalah beragam doa-doa yang dipanjatkan. Diharapkan setelah memasuki ramadan dan meraih hari kemenangan, manusia kembali bersih dari segala dosa dan nista.
Namun demikian terkadang hal itu sulit dilakukan. Perjalanan berpuasa menahan segala dahaga lahir dan batin bisa saja berujung sia-sia. Jika iri dan dengki masih ada. Kemudian rasa sakit ditambah pengkhiatan berujung rasa kecewa yang mendalam adakalanya menambah sulit. Terhadap seseorang yang seringkali memberikan luka, untuk melihat wajahnya pun sudah tidak ingin, apalagi jika harus bercengkrama.Â
Tuhan menciptakan ragam makhluk hidup, ragam manusia dengan segala bentuk ketidaksempurnaan.Â
Ada sebuah istilah guna orang-orang yang tidak stabil secara emosi, mudah terpengaruh suasana hati dan tersinggung dengan hal-hal yang tidak seharusnya.Â
Bersifat playing victim dan mempengaruhi orang lain bahwa dirinya selalu merasa terdzalimi merupakan satu dari sekian contoh istilah orang yang baper-an. Sebagian dari mereka mempunyai ciri khas sumbu pendek. Dalam istilah psikologi ini dikenal dengan kepribadian neurotisisme yakni orang-orang yang suka menunjukan emosi negatif.Â
Sekilas, memberikan rasa maaf terlihat cukup sederhana. Perlu kita ingat, tujuan memafkan bukanlah untuk mengubah tindakan, perilaku maupun perkataan dari orang yang menyakiti. Urusan berubah untuk lebih baik adalah urusan pribadinya.Â
Ada dampak positif yang bisa didapatkan setelah Anda memberikan rasa maaf. Memaafkan kesalahan orang lain secara tidak langsung akan membuat hati lebih damai, tenang dan bahagia secara emosional.Â
Terlebih pada masa bulan ramadan ini  sudah selayaknya kita berlomba-lomba dalam menanam kebaikan. Bagaimana halnya kebaikan bisa tertanam jika rasa luka dan sakit masih tersimpan di hati?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H