Tahun-tahun ganjil yang terlewati
Ternyata belum menggenapkan rasa
Masih menunggu kehilangan yang terpatri
Seperti sungkan yang tak lagi menyelimuti
Detik jam silih berganti
Namun masih denting di angka yang sama
Pucuk-pucuk daun berhiruk pikuk
Menadah hujan dengan sesekali panas
Sampai bergantian sebaliknya
Lihatlah ke pojok di samping dahan yng meranggas itu
Ada senyum lelaki di sana
Senyum milik si hitam manis
Gagah berkumis
Kemudian jiwaku gelagapan
Isi kepalaku melayang-layang
Menggapai satu-satu memori yangÂ
Berdiam diri di tempat sepi
Benarkah itu dia??
Dia yang menghentak kaki di sore hariÂ
Saat hujan membanjiri untuk pergi
Dia yang tak peduli menghengkang diri
Kenapa lagi harus kutemui?
Aku sudah tak ingin apa-apa
Selain melihat dia mati suri
Padanya kutitipkan jiwa yang tak tenang
Disanggah ratusan petir yang menggeleparkan
Puluhan burung di angkas raya
Sudah-sudah tak perlu kau ingatkan dia
Sampai kau tunjukkan tulangnya di dam tanah pun
Aku tak sudi
Enyahkan saja dia dari hadapku
Sebab
Jangankan mengenang
Melihatnya pun sakit kepalaku
Sampai terngiang-ngiang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI