Sumber Gambar : Women Lead-Magdalene
Dari tahun ke tahun kesenjangan peran antara perempuan dan laki-laki perlahan ditinggalkan. Â Perempuan tidak lagi menjadi kaum terbelakang dengan stereotip-stereotip lama yang mengekang. Tempo dulu, sekolah tinggi bagi perempuan hanya dipandang sebelah mata bagi beberapa kalangan.
Hal ini karena, dulu perempuan identik dengan tiga hal yaitu: dapur, sumur, dan kasur. Banyak batasan bagi perempuan di berbagai segi dengan beragam alasan.
Berbicara tentang perempuan dalam kepemimpinan, dewasa ini banyak perempuan yang telah menduduki jabatan sebagai pemimpin.
Kepemimpinan perempuan di pemerintahan sudah mendapat banyak respon positif. Isu gender dan ketidakadilan sudah mulai teredukasi terutama dengan adanya gerakan-gerakan kesetaraan gender.
Dengan banyaknya dukungan dan gerakan menuju kesetaraan gender seharusnya tidak ada lagi larangan ataupun batasan bagi perempuan untuk berkarya dan memimpin di berbagai aspek kehidupan.
Lazimnya, organisasi dipimpin oleh seorang lelaki, tetapi perkembangan zaman menuntut perempuan untuk mampu memimpin sebuah organisasi.
Reformasi, modernisasi dan globalisasi mengharuskan seorang pemimpin, baik itu laki-laki maupun perempuan untuk mampu mengelola organisasi dengan baik dan bijak. Â Ini dibuktikan dengan terpenuhinya segala kebutuhan organisasi dan tujuan yang dicapai.
Perbedaan jenis kelamin dalam kepemimpinan tidak lagi dipermasalahkan. Hal tersebut dibuktikan dengan perempuan memiliki modal berupa ciri khas untuk menjadi seorang pemimpin. Banyak sosok wanita hebat yang menjadi pemimpin, baik sebagai presiden, direktur perusahaan, pemimpin organisasi dan sebagai pemimpin lainnya.
Di Indonesia sendiri kita mengenal sosok perempuan hebat seperti yang ditunjukkan R.A Kartini. RA Kartini merupakan teladan penting bagi perempuan Indonesia. Beliau adalah tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan seperti hak untuk belajar di sekolah dan hak untuk memimpin sebuah organisasi.
Pada dasarnya lelaki dan perempuan memang  memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Laki-laki lebih menggunakan norma keadilan sementara perempuan menggunakan norma persamaan. Meskipun demikian, perbedaan manajemen tidak akan terlihat jika perempuan memiliki rasa percaya yang tinggi, kompeten dan demokratis. Namun apakah kepemimpinan perempuan lebih efektif dan memiliki performa yang lebih baik daripada kepemimpinan laki-laki?Â